Oleh DASAM SYAMSUDIN
Hidup serba kekurangan memang selalu jadi alasan utama dalam menghadapi dilema kehidupan menurut mayoritas masyarakat. Apalagi jika keadaan masyarakat itu memang tidak mapan dalam masalah ekonomi dalam kata lain miskin. Mereka percaya semua hal yang terjadi adalah nasib, walau ada diantara mereka yang menyadari bahwa hal itu terjadi karena kebodohan atau ketidak tahuan. Tapi, ketidak tahuan mereka, dan pemahaman arti nasib usaha sering kali dijadikan alas an sebagai salah satu penyebab penderitaanya.
Hal demikian memang agak sulit dimengerti, di sisi lain mereka memahami nasib di sisi lain mereka menyalahkannya. Padahal jika kita pikirkan menyerahkan hidup pada nasib adalah kurang baik. Karena, manusia jelas mempunyai kesempatan untuk merubah pola hidupnya kearah yang lebih baik jika ia mau berusaha.
Sebetulnya, letak permasalahan utama dalam menghadapi hidup yang serba kekurangan adalah kekeliruan dalam memehami paradigma usaha. Banyak orang yang setiap hari banting tulang, bahkan menghabiskan seluruh hidupnya untuk usaha demi perbaiakan kondisi ekonominya. Akan tetapi, mereka tetap saja miskin dan hidup dalam ketidak cukupan. Kerja keras saja sebetulnya tidak cukup dalam dunia usaha, walau pun itu merupakan indikator utama dalam kesuksesan. Agar kerja keras kita tidak sia-sia maka dalam dunia usaha kita harus mempunyai strategi yang jitu dan perencanan yang mantep.
Paradigma umum
Secara umum, paradigma masyarakat dalam memahami dunia usaha adalah bahwa bekerja itu untuk mencari atau mendapatkan penghasilan. Nah, jika konsep usaha seperti ini, maka apabila kita bekerja dan mendapat hasil yang minimal atau sedikit maka untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari akan sulit bahkan bisa- bisa tidak cukup. Untuk memenuhi kebutuhan hari yang akan datang kita harus terus bekerja. Karena, jika tida bekerja tidak akan mendapatkan penghasilan. Konsep seperti ini kurang tepat. Bayangkan saja kita harus terus menerus bekerja secara keras agar terus mendapatkan penghasilan, jika tidak akan kelaparan. Bagus kalau hasilnya lumayan atau besar. Nah, kalau hasilnya kecil ini akan sangat merepotkan terhadap perubahan ekonomi.
Paradigma inilah yang selama ini dianut oleh mayoritas masyarakat, sehingga mereka sulit memenuhi kebutuhan hidupnya. Bekerja terlalu keras, disamping tidak baik terhadap kesehatan juga akan menimbulkan rasa putus asa apabila hasil yang diharapkan tidak tercapai. Hal seperti ini sudah banyak contohnya, banyak yang menjadi pencuri, penjambret atau pencopet karena kesenjangan ekonomi. Bahkan, ada yang mengakhiri hidupnya karena tidak tahan menghadapi kondisi ekonomi yang dirasakannya sebagai penderitaan.
Ketekunan, kerja keras, kreatif dan cenderung menggunakan skill (keahlian) atau akal dalam bekerja, tentu lebih baik. Walau demikian, jika paradigma yang dipakai masih paradigma umum dimana bekerja untuk penghasilan maka siapa pun akan sulit merubah nasib kearah yang lebih baik.
Paradigma sukses
Sebetulnya, para elitis masyarakat atau kaum konglomerat dalam mengarungi dunia usaha pada dasarnya sama. Yaitu bekerja untuk penghasilan. Akan tetapi ada bedanya sedikit, jika paradigma umum bekerja untuk penghasilan langsung, maka paradigma sukses bekerja untuk menghasilkan asset, dan asset inilah yang kemudian menghasilkan uang atau keuntungan. Jika sudah punya asset, tidak bekerja pun tetap akan menghasilkan uang, karena yang menghasilkan uang bukan kita lagi tapi asset.
Apabila kondisinya sudah seperti ini, barang tentu kita tidak usah bekerja mati-matian mencari harta menghabiskan seluruh hidup kita untuk mencari uang. Memang, usaha untuk memiliki asset sangat sulit jika kita berpikir asset itu harus besar. Padahal, asset tidak harus besar, asalkan kita punya asset walau pun itu kecil kita tetap akan dapat penghasilan tanpa banting tulang.
Banyak para hartawan yang dulunya wong cilik dan kini menjadi kaya, karena menggunakan paradigma suskses yaitu bekerja untuk memiliki asset, baik itu toko, perusahaan, sawah, angkutan umum, bengkel, industri dan lain sebagainya yang semuanya bisa menghasilkan uang. Dan setiap hartawan pasti memiliki asset.
Pengertian asset sederhana adalah sesuatu yang bisa menghasilkan uang, dan bersifat tetap (modal tetap). Misalnya kita punya toko, tidak harus bekerja mati-matian bukan? Pekerjaan kita hanya duduk menunggu pembeli. Sekecil-kecilnya penghasilan asset jika dibandingkan dengan bekerja banting tulang yang 100% tenaga dan pikiran pasti lebih enak punya asset walaupun itu kecil. Minimal dari segi tenaga kita tidak terkuras habis.
Bekerjalah untuk punya asset dengan tekun dan atur asset itu sebaik mungkin. Dan jangan berpikir asset harus besar dan harus punya modal banyak, karena hal itu adalah salah satu belenggu usaha yang menyeret manusia malas untuk memulai usaha yang lebih baik. Jangan pernah berpikir ingin langsung punya hasil banyak. Tapi berpikirlah sekarang aku harus punya asset tidak usah peduli besar atau kecilnya yang penting ada. Nah, kalau sudah ada tinggal kelola dengan efisien dan terencana, pasti jika kita mengorganisirnya dengan baik, lama-kelamaan akan menjadi besar. Dan hidup akan terasa tidak sulit lagi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar