"Terimakasih Atas Kunjungannya, Semoga Anda Banyak Rezeki, Banyak Anak, Dan Masuk Surga. SALAM CINTA"

Jeritan Tawa Sang Pecinta


Kau tersenyum bahagia saat gelombang melipat jasadku
Kau menangis saat mutiara menghujaniku
Kini aku tertawa, manakala ia tersenyum
Aku bersedih saat kau yang tersenyum
Kau lari terbirit ketenggara
Membawa seorang pecinta yang bodoh nan suci
Kau berbangga dengan kebodohannya
Memaksa agar ia berkata ada cinta
Kau kira aku percaya?
Aku memang bangga ketika kau tertawa bimbang
Kau saja yang bodoh! 
Membawa majnun kedasar samudra di era yang gila
Jangan menangis dan menyesal didepanku
Cari kasihmu yang bodoh dan tersakiti
Aku telah berdosa untuk mencintaimu
Aku telah mengganti tangis dengan tawa
Jangan salahkan dia!
Dia sama bodohnya dengan kasihmu yang tolol
Hanya kita berdua tahu
Kita berdua yang berdosa
Biarkan ia kita miliki, sampai tahu dan menerima 
Sekarang pergilah!, atau kau ingin aku pergi dulu ? 
Jangan pernah bertemu lagi 
Kita sama-sama gila, bahagia dan sakit 
Tersenyumlah dalam jeritku dan jeritmu



Aku Yang Menanamnya

Laksana badai menerpa perahu besi raksasa
Menghacurkan dan mengkaramkannya kedasar samudera
Itulah saat badai berputar membawa pesan darimu
Kau berkata panjang dalam deretan duka
“Aku disini telah bahagia bersama orang lain
Damai dan jangan kau lemparkan cintamu lagi
Lelah tak berdaya aku terpedaya oleh kasih sayangmu
Yang kau beri dan sekarang berubah menjadi duri
Saat bunga dimusim panas mekar bersemi
Cintamu hanya akan menusuk perasaan diantara taman bunga
Aku percaya kebun anggur yang kita tanam
Telah memabukan hati selama itu…
Namun, semua telah terlambat
Seorang asing telah datang membawa ember
Dan menyiram kebun yang kau tanam
Pria itu kini tidak asing, pria itu dirimu
Dirimu yang kunantikan tidap pernah datang
Sehingga aku menggantinya atau menganggapnya
Salahkah aku, menggantimu karena kau hanya diam
Saat kebun ini butuh air segar agar tetap tumbuh” 
Cinta, aku masih ingat kata yang kau ucapkan itu
Kura-kura payah itu membisikanku
Agar aku kembali mengejarmu dengan menunganginya
Bodohkan aku? Mengejar kijang dengan si kura-kura
Kau yang berkata terlambat
Kau yang menyuruhku cintaku lari
Aku tak bisa apa kecuali berteriak dan menangis
Silahkan kau hardik dan marahi aku sepuasnya
Bencipun taka pa
Satu yang harus kau miliki dari untaian kebohonganku
Aku bangga pernah menanam bunga untukmu
Walaupun kebun itu kini kalian siram
Namun, satu tanaman bunga itu takkan pernah mati
Karena itulah kebun itu ada, dariku



Senin malam, Desember 2008


Aku Bangga Pernah Mencintaimu
Serigala hina itu ikut lari
Terbirit bersembunyi di arah utara bersama diriku
Ketika kau berteriak
Jangan ganggu aku dengan kedamaian kami
Aku bahagia dengan kekasihku
Cinta, aku tersinggung
Juga berbalas teriak
Aku diriku…
Yang tidak pernah berhenti mengejarmu
Walau lautan berubah menjadi api
Tapi takkan mampu membakar sya’ir
Dimana bait-baitnya kita susun
Cinta, kau memaksa dan marah
Mengusirku bagai kucing lapar mencuri ikanmu
Kau bangun tabir raksasa untuk memisahkan kita
Kau belah bumi agar aku menghilang
Hingga aku menyerah dan tersenyum darah
Cinta, tidak usah laut emosi tumpah
Tak apa namaku telah terhapus
Tak apa cinta telah padam
Tak apa kasih sayang telah terbang
Tak apa cinta, itu memang pantas
Buat pecinta seperti diriku
Yang tolol bodoh dan tak berarti
Ijinkan satu untukmu
Biarkan aku bangga pernah memilikimu
Senin malam, Desember 2008


Sekarang kita berpisah

Lihat bunga itu!

Sekarang mekar saat tangan kita tak pantas mengelusnya

Meraba dan menyiramnya agar tetap mekar

Aku masih merasakan harum wanginya

Bagaimana dengan kau cinta?

Cinta! Masikah kau merasakannya?

Cinta, dimana kau? Lihat bunga ini!

Aku tidak gila tapi aku tidak sadar

Aku ingat betul karang keras ditengah ombak itu

Kau mengatakan itu cinta kita ?

Kau tersenyum dan melingkarkan jari kelingkingmu

Sedangkan aku mengangguk-angguk

Memegang tanganmu sembari melempar awan

Dengan batu kerikil yang memercikan air

Terjatuh karena tidak sampai menyentuhnya

Eh, cinta kamu ingat tidak ?

Pelangi yang menggurat langit

Saat itu kau marah dan cemberut

Padahal aku hanya bilang

Keindahan pelangi laksana cintamu padaku

Yang hadir sesaat menghiasi kehidupan

Oh, betapa cantiknya saat kau cemberut

Betulkan cinta?

Cinta……..

Cinta……. Kamu kemana?

Aku masih disini

Cinta, kau telah pergi?

Cinta.... pergilah dan tersenyum

Kebimbangan


Saat Akal beku tak menentu

Mendebarkan jantung mengombang-ambing hati

Mencarut marut tirani

Mencari kebenaran menutup kalbu

Dengan naluri yang terselimuti kelabu

Perasaan itu tidak pernah lenyap

Berteriak memanggil dengan sayup

Memangsa diri sendiri

Korbankan jiwa yang suci

Membakar jawaban sang indera

Atau menentukan akal yang tak percaya

Tak berdaya, tak kuasa dan tak terasa

Hati ini guncang bagai diterjang gelombang

Yang datang beradu silih berganti

Mengikis mengiris karang keras nun teguh

Memaksa berkata siapa yang kuat dan hebat

Ia kutinggalkan dan ia mengejar

Ia kudatangi dan ia mengejar

Sungguh aku pasrah terkapar

Bagai badan yang tertampar-tampar

Aku menjerit membelah nuansa tegar

Meremukan hati yang telah pudar

Dipaksanya untuk gentar

Tapi ia menganggap ia paling benar

Aku bimbang diantara pilihan

Aku mati diantara keputusan

Aku terikat jeruji paksaan

Ketika Akal Dan Hati Berbicara


Jangan kau tuduh aku menuduh mereka

Para pencari Tuhan yang tak pernah binasa

Bukan pula mereka

Penghuni gua-gua gelap tak bercahaya

Mereka yang selalu bertarung dan berniaga

Seakan dirinya Tuhan atau ia yang pengada

Dia, akal dan hatiku memang berkata

Berkata tentang suka duka dan cipta

Dari sebuah cinta yang kini binasa

Binasa atas nama bahagia

Memaksa hati menjadi kiblatnya

Membuka akal yang tak berdaya

Semua di paksa tak berirama

Membuang aku katanya

Sebab dia aku menderita

Hati dan akal tetaplah karang

Tidak akan hilang dan melayang

Bersembunyi di balik tuhan pun dihadang

Semua telah Dia berikan dengan kasih sayang

Lantas kenapa, mereka kau buang

Yang sekarang hinggap di jiwa yang malang

Kau bukan gunung yang menjulang

Mampu menindas sukma sampai hilang

Laksana hutan yang ditebang

Mengusir semua binatang jalang

Bukan akal dan hatimu yang salah

Kau bilang karena cinta yang patah

Hingga dirimu dan diriku kehilangan arah

Bagaikana raga ditinggalkan ruh

Hancur binasa nan luluh

Karena cinta yang kau buat suluh

Membakar diri ini sampai runtuh



Sajak-Sajak Kematian Cinta

Saat tatapan mata meneteskan kasih

Secercah cahaya cinta menyinari hati

Menghuni di dalam palung jiwa

Mengalir bersama aliran darah

Saat detak jantung menghitung jemari kematian

Di sela-sela kasih tak bernyawa

Bisu membeku membatu laksana arca

Menatap kehidupan tak berdaya

Merasakan sakitnya guratan pedang

Pada sorot mata tak bercahaya

Hidup serasa di hijab dinding hitam

Saat cinta terpenjara jeruji api

Berkobar menggebu membakar jiwa

Memaksa berlari meninggalkan cinta

Berlari dan berteriak mendaki awan

Meraih bintang dan membelahnya

Membagi, kemudian ditinggalkan

Sampai kematian tertawa ria

Kau yang memaksaku menemuinya

Kau memaksa aku menyakitinya dan menyakitimu

Kau mencintaiku dan ingin membunuhku

Kau mencintaiku dan mengusirku

Siapa kau? Aku mengenalmu

Lantas kenapa kau hadir disini saat yang lalu ?

Kenapa kau memberi apa yang kau pinta ?

Baik ! aku akan pergi

Menemuinya dan membawanya padamu

Tunggu mentari terbit

Dia akan datang dan aku akan pergi

Tertawalah kau disana



Lindungi Aku

Sajak Syamsudin

Jangan dulu menutup pintu yang telah terisi

Aku telah diusirnya disaat aku haus

Aku ditendang bagaikan serigala

Aku dituding bagaikan pendosa hina

Dia memang di sini, tapi dia ingin aku pergi dan membawanya

Aku tidak menginginkan aku di sini

Namun, aku butuh tempat dari cintanya

Kau pasti tahu, pintu hati tidak hanya satu

Lihat ! ia datang membawaku

Dibelakangnya bunga yang terbakar

Tangannya menggenggamku di dalam ember

Saat apinya berkobar

Ia malah membuang air dan menumpahkan aku

Sejak itu aku tak berdaya terhanyut

Dia pun kaku terbakar rasa

Hanya kau yang utuh dan kasihmu

Kau bisa melindungiku di sisi kasihmu

Biarkan saja aku seperti ini di sini

Selama kau buka pintu yang terbuka

Aku akan berdiri ditengahnya

Menatapmu dan cinta pilihanmu

Agar aku juga merasakan senyummu




Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...