Ada Monster di Jakarta
Cerpen DASAM SYAMSUDIN
Pembangunan di Jakarta pada tahun 2035, boleh dikatakan maju. Gedung-gedung tinggi berdiri kokoh saling merapat, kaca-kaca yang menyelimuti dinding saling memantulkan sinar matahari, sehingga gedung-gedung tinggi itu bisa saling bercermin. Saling berdekatannya jarak antar gedung, jika memang Spiderman ada. Ia bisa berayun atau melompat dari satu gedung ke gedung lain dengan bebas. Bahkan ia bisa kelelahan merayapi gedung-gedung di Jakarta, saking tingginya.
Jika bidadari malam mulai mengintip di upuk timur dengan melebarkan sayap kegelapannya menyelimuti terang. Tibalah malam. Ya, jika hari telah berganti malam. Kerlap-kerlip cahaya di kota Jakarta akan terlihat indah di pandang dari kejauhan. Mall, restaurant, caffe, diskotik, bar, serta pusat hiburan dan perbelanjaan lainnya akan menjadi tempat penampungan orang-orang. Gelegar tawa para pemabuk, jerit syahdu penyanyi bar, tangan terampil DJ diskotik, jerit tangis korban kejahatan, raungan kendaran kebut-kebutan, raungan sirine mobil polisi mengejar para penjehat, rayuan pelacur malam, kepulan asap para penjudi, semua itu biasanya yang meramaikan suasana. Jakarta, 2035 ramai alang kepalang.
Akan tetapi, pada saat menjelang siang. Ketika matahari bertengger di atas gedung. Semua orang di kota Jakarta di kagetkan dengan gempa kecil. Gempa itu memang tidak membuat orang lari pontang-panting untuk menyelamatkan diri. Namun cukup membuat rasa penasaran yang hebat. Semua bertanya-tanya mengapa gempa ini terus-terusan tidak berhenti. Badan Metrologi Geofisika tidak henti-hentinya mengutuki diri sendiri, sebab ada gempa yang lolos dari perkiraannya. Sesaat, kendaraan yang melaju di jalan-jalan menurunkan kecepatannya, bahkan diantaranya ada yang berhenti. Namun, karena gempa ini terus-terusan dan semakin besar, terutama di pinggiran pantai. Banyak orang-orang menghambur keluar meninggalkan gedung dan rumah, bagaikan anai-anai meninggalkan sarangnya. Polisi, ABRI, TNI dan tentara lainnya sibuk memencet tombol telepon genggam, saling adu komunikasi berusaha mencari jawaban atas keanehan yang terjadi. Semua orang menjadi panik, keadaan aneh terjadi. Jakarta ribut.
Penjaga Pantai Wisata Ancol melaporkan tpada TNI AU, bahwa ia melihat gelombang besar di laut, tapi gelombang itu mirip gelembung raksasa yang membuncah di atas laut. Sebab, itu memang bukan gelombang, mirip gelembung-gelembung air saat mendidih di panasakan, buihnya meletup-letup. Dengan tangkas, setelah mendapat laporan itu, Helikopter TNI AU memutarkan balingnya, terbang kearah keanehan itu. Ya, betul saja. Air laut bagaikan mendidih. Aneh. Seolah-olah ada benda yang sangat besar menghembuskan nafas. Getaran gempa semakin besar beberapa detik. Kemudian hilang tanpa jejak. Gelombang aneh di laut pun kembali normal. Bagaikan musik yang berdentum keras tiba-tiba mati. TNI AU semakin heran.
Untuk memecahkan kepenasarannya, helikopter terbang rendah tepat di atas gelombang itu muncul. Beberapa detik mereka berputar-putar, tidak menemukan tanda apapun. Nihil sama sekali. Enam tentara yang mengendari Helikopter itu semakin penasaran. Mereka memerintahkan tentara lainnya membawa perahu ke asal gelombang itu, untuk menyelam ke dalam air memeriksa kejadian ini. Tiga perahu TNI dengan kecepatan tinggi melaju, kemudian berhenti di atas laut di bawah helikopter. Belum sempat para tentara terjun ke air. Tiba-tiba, perahu mereka terangkat gelombang yang besar, beberapa tentara jatuh. Pengendara helikopter mulutnya ternganga, matanya melotot, mereka sepertinya melihat sesuatu yang sangat aneh. Yups, betul saja, sesuatu meluncur sangat cepat dari dalam air. Bagaikan lumba-lumba yang hendak melompat dari air. Seekor makhluk aneh, yang sangat besar muncul dari dalam air, mulutnya terbuka lebar, taringnya yang tajam terlihat bersinar, tatapan matanya kejam. Makhluk ini mempunyai tenaga yang sangat besar. Dengan cepat, perahu tentara di telan tak bersisa dan Helikopter pun hancur tersundul kepalanya. Monster raksasa bangun dari tidurnya. Jakarta menjerit.
***
“Monster itu semakin mendekati bibir pantai. Selamatkan diri kalian!!”
Bagaikan kilat, berita kemunculan monster di ketahui oleh semua orang. Kepanikan di mana-mana. Orang-orang lari berhambur kejalanan, jerit-tangis bergaung terpantulkan dinding keras gedung. Kendaraan melaju tak beraturan, kecepatan tak terkendali, saling tabrak-menabrak pun terjadi. Jalan macet total. Monster semakin mendekati bibir pantai, setengah badannya mulai terlihat. Monster ini seperti manusia. Tapi tubuhnya bungkuk, berekor mirip buaya, duri tumbuh di punggungnya sampai buntut, sisik menyelimutinya, kakinya bersirip, tangannya berkuku tajam. Kepalanya bertanduk, wajahnya menyeramkan. Tubuhnya sebesar gedung WTC yang telah hancur.
Tap! Kaki monster berhasil menginjak pantai Ancol. Taman Fantasi itu porak poranda, anak menangis pilu, beberapa orang terinjak kaki monster. Dan, beberapa lagi di makannya. Makhluk raksasa itu terus berjalan menuju pusat kota, tidak ada gedung yang melebihi dadanya. Geraman mulut rakusnya menggema memekakan telinga. Ledakan demi ledakan terus berdentuman, saat tangan monster mengaduk-aduk gedung, merobohkannya sampai luluh lantah. Kakinya menginjak benda apa saja yang ada di bawah. Ratusan orang gepeng terinjak, puluhan gedung hancur di tendang, berbagai kendaraan menjadi lempengan tembaga tipis, saat kaki monster menggencetnya. Jika tangan kejamnya sesekali menggenggam orang, ia akan langsung mengunyahnya hidup-hidup.
***
Presiden sangat panik menyaksikan kejadian ini. Dia tidak percaya semua ini terjadi sebagaimana orang lain. “Tidak ada Super Hero yang bisa dimintai pertolongan di Indonesia” katanya marah. Karena tidak bisa berpikir jernih, akhirnya dalam waktu sekian menit ia memerintahkan para tentara menembaki monster itu. Semua kendaraan penembak pun di keluarkan.
Pesawat tempur beterbangan bagaikan capung. Tank baja merayap bagaikan kura-kura. Ratusan tentara bersenjata berlari bagaikan barisan bebek. Beberapa pesawat Tentara di terbangkan. Semua jenis pesawat tempur meluncur menuju arah datangnya monster yang menggeram kejam. Aungan monster memecahkan kaca-kaca gedung. Beberapa jalan layang patah, kendaraan yang ada di atasnya meledak bagaikan rentetan petasan.
Perintah menembak telah positif. Pesawat jet tempur memuntahkan rudal-rudalnya. Rudal meluncur dengan kecepatan tinggi menghantam tubuh monster. Di antara menyeleset menghantam gedung. Pesawat yang terbang dekat monster, hancur, meledak di cakar dan di gigit. Dentuman rudal di dada monster membuatnya mengamuk liar. Banyak pesawat yang terlempar ke tanah. Dihantam tangan monster. Tank baja pun melepaskan tembakan. Ledakan kecil menusuk kaki makhluk aneh itu. Dengan geramnya, arah laju tank baja di ketahui monster. Seketika, tidak ada ledakan dari tank bagaikan kaleng itu. Kaki monster meremukannya. Presiden putus asa.
Sementara tentara sibuk melawan monster. Beberapa orang yang mempunyai keahlian seperti: para dukun terus berkomat-kamit mengucapkan mantra, menyantet monster itu agar binasa. Para Kiai, mengucapkan doa-doa, agar monster itu sadar akan tindakannya. Para pastur mengacung-acungkan salib, tidak tahu maksudnya apa. Semuanya sia-sia. Monster semakin ganas.
***
“Kami bisa mengirimnya. Asal itungannya jelas” Kaisar Jepang.
Rupanya, keputus asa-an presiden melihat negaranya hancur, rakyatnya sengsara, pesawat dan mobil tempurnya ludes. Memaksa dirinya menyewa pahlawan bayaran dari Jepang. Siapalagi kalau bukan Ultramen.
Yups, saat monster hampir mendekati pusat kota dengan tenang. Sebab semua senjata Indonesia tidak ada yang mampu melumpuhkannya. Pesawat dan mobil tempur telah hancur. Para dukun, Kiai, Pastur, Pendeta, dan Biksu merasa tak berdaya. Rakyat sudah bingung hendak lari kemana lagi. Saat itulah, cahaya bersinar di langit sore. Dengan kecepatan tinggi, cahaya itu meluncur menjelma menjadi Ultramen. Rakyat semain syok! Aneh.
Dengan terampil, tak banyak kata, Ultramen menjulurkan kakinya, posisi menendang. Buk! Hantaman keras mengenai dada monster. Monster pun mental beberapa ratus meter, meraung kesakitan. Ultramen tidak memberi kesempatan, selagi monster berusaha berdiri. Ultramen meluncur dari atas, melururskan tinjunya. Saking cepat dan kerasnya, tinju Ultramen menorobos mata monster. Darah menyembur dari matanya bagaikan air mancur. Ultramen mundur beberapa langkah, membentuk pormasi mengeluarkan tenaga dalam. Kaki kanannya di tarik kebelakang, tangan kanannya lurus kedepan, tangan kirinya memegang pinggangnya. Dan. BUZZZ!!! Sinar biru keluar dari tangan kanannya, menghantam wajah monster. Monster terdiam. Kepalanya hancur. Mati tak berdaya. Monster Indonesia terlalu lemah melawan Ultramen Jepang. Tak banyak kata, Ultramen melesat kembali kelangit. Kembali ke Jepang.
Tidak ada orang yang berteriak gembira. Semuanya masih aneh. Nah, setelah gak ada pilihan lain. Semuanya pun gembira, bersorak riuh. Tentara masih punya tugas. Sebab mayat monster itu sekarang menjadi sampah yang harus di buang. Presiden senyum senang dan bingung. Bingung, berapa triliun harus membayar Jepang. Indonesia tak mampu menyelesaikan masalahnya sendiri.
Memang. Kejadian ini aneh?!!!