BANGSA yang maju adalah bangsa yang pendidikannya tinggi dan mampu merealisasikannya dalam kehidupan. Pendidikan merupakan indikator utama dari kesejahteraan suatu bangsa. Kemajuan IPTEK, perekonomian yang terkendali, kebudayaan yang penuh dengan nilai adi luhung, politik bersih, dan pemerintahan yang bermoral juga rakyatnya sejahtera. Kesemuannya akan tercipta jika pendidikan secara universal bisa diaplikasikan dalam kehidupan.
Sebaliknya, bangsa yang tertinggal adalah bangsa yang bobrok nilai pendidikannya. Meledaknya kriminalitas, narkoba dan miras mengakar dengan pemuda, freesex merajalela, bahkan pornoaksi dan pornografi menjadi tontonan sehari- hari, kerusakan moral para elitis negara, korupsi membudaya dikalangan pejabat, sistem pemerintahan bengkak, perekonomian lepas kendali, masyarakatnya miskin dan bodoh dan lain sebagainya. Semua itu adalah dampak terburuk dari bangsa yang minim pendidikan. Tidak bisa disangkal lagi, pendidikan adalah keyworld dari kesejahteraan bangsa.
Lantas siapakah yang berperan penting untuk memajukan pendidikan suatu bangsa? Pemerintah atau guru?
Tentu saja keduanya sangat penting. Pemerintah adalah kepala dari negara, sedangkan guru adalah ujung tombak, jembatan masa depan dan mediator pendidikan yang paling utama. Guru ialah aset negara yang sangat berharga. Seorang guru profesional mampu menjamin eksistensi pendidikan bangsa. Pembukaaan UUD 1945 alinea terakhir menyitir bahwa tujuan dari pendidikan adalah "... mencerdaskan kehidupan bangsa". Sudahkah pemerintah merealisasikan Pembukaan UUD 1945 alinea terakhir itu yang setiap hari Senin diteriakan oleh seorang siswa dalam upacara bendera?
Guru yang diakui sebagai pahlawan tanpa tanda jasa, diakui semua orang sebagai aset negara. Respon pemerintah pun sekarang pada para pahlawan itu sangat baik. Jika dulu nasib guru kurang diperhatikan sekarang pemerintah memberi anggaran yang cukup besar untuk para guru yaitu sebesar 20% dari APBN. Dengan anggaran ini sangat diharapkan sekali kesejahteraan guru bisa terjamin. Dan memang sudah seharusnya dan saatnya para guru diperhatikan kesejahteraannya. Bukankah banyak orang yang menjadi berguna karena guru?
Pepatah Jawa mengatakan "guru, ratu, wong tua, karo", pepatah tersebut memposisikan guru lebih utama dari ratu. Guru harus lebih dihormati dari pada pemimpin. Kita semua tahu, pemimpin yang adil, orang tua yang peduli pendidikan anak, dan aura humanitas yang harmonis adalah hasil jasa pendidikan sang guru. Maka pantas dia mendapat gelar "pahlawan tanpa tanda jasa".dan yang jelas, seorang manusia bisa duduk dikursi presiden karena jasa guru yang pernah mendidiknya.
Power guru membangun negara
Power guru mampu membangun negara yang maju, bisa kita tengok pada negara Jepang, negara yang tidak lebih besar dari pulau Jawa. Tragedi Hiroshima dan Nagasaki yang dibom atom oleh tentara sekutu menjadi batu loncatan bagi Jepang. Saat dua kota besar tersebut luluh lantah dan ribuan orang tewas yang pertama dicari Jepang adalah guru "ada berapa guru yang tersisa". Negara matahari itu sangat yakin bahwa kekuatan dan kegigihan guru adalah modal utama lahirnya SDM (sumber daya manusia) yang berkualitas tinggi.
Sebagai aset negara, guru telah teruji diberbagai negara bahkan di Indonesia sendiri. Para guru mampu menjadikan negara maju karena pendidikannya. Bukan kata lain menafikan urgensi sektor lain sebagai sub dari sistem pemerintah. Semuanya juga penting. Cuma yang harus digaris bawahi, bahwa apapun skenario kehidupan baik individual, kelompok bahkan sebesar negara pun jika tidak didik oleh seorang guru maka tidak akan ada kemajuan. Maka, sangat pantas jika guru mendapat sanjungan dan kesejahteraan.
Guru selalu terkesan sebagai orang biasa, kalangan ekonominya pun sedang, bahkan banyak yang rendah. Lagu Iwan Fals yang berjudul "Umar Bakri" adalah deskripsi dari realita seorang guru. Seorang yang biasa tapi bisa menciptakan seorang yang luar biasa dalam kancah intelektual. Beribu puisi menebar aura harum-wangi sang guru karena jasanya. Guru yang selalu ikhlas mentransformasikan ilmu kepada orang lain adalah sosok yang mulia dan berharga. Dan dialah aset negara yang sangat berharga. Mungkin kategori negara yang buruk jika menjual asetnya (guru) kepada negara lain. Sudah saatnya Indonesia mensejahterakan guru para guru agar tidak kabur karena kurang disejahterakan. Jangan biarkan aset negara yang satu ini bertebaran- berhamburan mencerdaskan bangsa tanpa tersejahterakan nasibnya. Sejahterakanlah guru karena ia aset bangsa yang sangat berharga.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar