Pendapatku tentang
The Power of Syukur
“Lain syakartum laazidanakum. Walainkafartum inna ‘adzabil sayadid”
“Apabila kalian bersyukur, maka aku akan menambahkan kenikmatan padamu. Dan apabila kalian ingkar (kufur nikmat), sesungguhnya” adzabku sangat pedih”
Tentunya pengertian syukur secara harfiyah Anda mengetahui, yaitu “Berterimakasih”—menerima atas apa yang diberi. Namun, Islam tidak mendefinisikan syukur hanya pada ucapan “Al-hamdulillah” sebagai rasa terimakasih. Islam sangat tegas mendefinisikan syukur, sehingga menjadi acuan pada umatnya agar termotivasi bahwa makna syukuar adalah, mendayagunakan apa yang diberikan Allah kepada kita, berarti memanfaatkannya. Misalnya, petani menggarap sawahnya, tanah Allah. Itukan mendaya gunakan.
Bukankah diatas sudah dikatakan bahwa syukur adalah menerima apa yang dikasih? Anda pasti tersinggung, apabila memberi sesuatu tapi tidak dimanfaatkan oleh penerima? Betulkan? Anda kesal, karena computer yang anda berikan kepada anak, atau orang lain tidak dimanfaatkannya? Atau anda memberi pakaian pada orang lain tidak dipakainya, saya kira Anda sekarang faham inti pengertian syukur?
Islam selalu memandang syukur sebagai sebuah kekuatan, karena dengan syukur kenikmatan akan bertambah. Menjadi kayakkah orang miskin karena syukur? Saya kira, kalau hanya difahami syukur akan menambah nikmat materi, itu terlalu sempit. Karena tidak semua kenikmatan materi (harta) membawa kebahagiaan. Lantas apa?
Wallahu A’lam. Menurut hemat saya, jika orang bersyukur dengan ikhlas setulus hati dan memang sangat berterimakasih. Akan melahirkan kekuatan yang selalu positif tentang besar kecilnya pemberian yang diberi. Saya tidak menafikan akan ditambah kenikmatan materi kalau bersyukur. Namun, ada kenikmatan diluar materi, yaitu ketenangan jiwa. Saya yakin Anda mengerti tentang kenikmatan ketengan jiwa dan kenikmatan banyak materi.
Memang, terkadang orang tenang karena banyak harta, namun orang pun akan bingung, gelisah dan takut karena banyak harta. Takut miskin, takut bangkrut, atau takut dicuri, apalah anda menyebutnya. Menurut Anda, itu nikmat atau beban? Beban? Anda yang mengatakan! Kita bandingkan dengan orang miskin yang dengan syukur selalu hidup tenang, merasa puas dengan apa yang diberikan Allah dan senantiasa mendayagunakannya kendati hanya modal tenaga, dan selalu opimis. Sekarang siapa yang terkesan bahagia, dan meraskan nikmat?
Jadi, apa kenikmatan yang diberikan Allah di dunia? Kalau diakhirat lain ceritannya. Kita bahas kenikmatan dunia dulu. Apa kenikmatan itu?
Saya kira anda sependapat. Bahwa kenikmatan Allah akan bertambah jika bersyukur. Apabila kita merasa tenang dengan menerima dan senang dengan apa yang diberikannya. Jika hati dan pikkiran kita tenang dan senang bukankah itu kenikmatan yang luar biasa? Dan bukankah orang mau banyak harta karena ingin tenang? Jadi, orang yang tidak sungguh-sungguh bersyukur tidak akan tenang, walaupun banyak harta. Sejatinya orang yang bahagia dan mendapat kenikmatan dari syukurnya adalah orang yang mempunyai ketenangan jiwa dan pikiran. Kaya atau miskin bukan ukuran kenikmatan hidup. Harta bukan kunci kebahagiaan. Tapi, ketenangan lahir batin.
Melupakan apa yang Allah berikan, mengingkari hidup yang telah dirancang Allah agar manusia hidup dengan tentram, adalah kufur nikmat. Raja, memberikan kehidupan pada rakyatnya, misalnya rumah, pakaian, makanan, modal usaha kenyamanan dan kemewahan lain. Kemudian rakyatnya melupkannya dan tidak berterima kasih bahkan menginngkarinya pemberiannya. Apa yang terkesan dalam diri Anda pada raja dan rakyatnya? Apa yang akan raja lakukan pada orang itu menurut anda? dan anda sendiri mau orang itu bagaimana?
Bagaimana seandainya Allah memberikan kehidupan pada orang yang cacat Kemudian ia ingkar?, ingat memberi kehidupan! Dan bagaimana jika Allah memberi harta pada orang kaya, kemudian dia lupa? Sependapatkah Anda dengat firman Allah “Dan apabila kalian kufur (mengingkari nikat Allah) maka akan mendapat Adzab Allah? Wajar tidak jika Allah berbuat demikian? Karena telah memberinya kehidupan dunia.
Saya kira anda faham “bahwa orang yang kufur nikmat—mengingkari nikmat Allah—akan mendapat adzab yang sangat pedih.
Punya komentar? Punya pendapat lain? Silahkan, saya tunggu.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar