"Terimakasih Atas Kunjungannya, Semoga Anda Banyak Rezeki, Banyak Anak, Dan Masuk Surga. SALAM CINTA"

Catatan Garing 1: Lautan Air Mata

Bagian Satu

Gue masuk Pesantren bareng Saeful — panggilan akrabnya Eful — dia banyak bercerita tentang pesantren. Itu terjadi saat gue berangkat pertama kali ke pesantren. Ia mencoba meyakinkan bahwa pesantren nggak seburuk yang gue bayangkan.

“Sam. Pesantren itu memang seperti penjara. Disitulah letak keasyikan pesantren. Bayangkan, hidup kita nggak bebas. Asyik lho kalo hidup nggak bebas. Banyak aturan yang harus kita curangi. Kamu tahu, Sam? Sebetulnya dunia juga penjara. Sebab dengan aturan dunia akan tetap ada. Aturan adalah kebutuhan, Sam…”, ocehnya.

Dia mengambil beberapa buah rambutan, mengupasnya kemudian menelannya bulat-bulat. Dan, melanjutkan.

“Gue tahu, Sam. Bakal berat hari-hari pertama di pesantren. Gue yakin, loe bakal nangis. Apalagi loe mengalami bahwa loe ditinggalkan oleh bapak loe sendiri. Sendirian di pesantren. Sepi dan membosankan. Gue yakin, loe bakal nangis!”

Eful kembali mengambil dua biji rambutan. Mengupasnya dan menelannya bulat-bulat lagi.

“Lu, juga bakal nangis kan, Ful?” gue nanya.

“Nangis?!!! Gue nangis? Gila ya, loe. Gue itu cowok jantan. Nangis…? Apaan…cowok nangis,” jawab Eful sekenanya. Sambil makan tiga buah rambutan bulat-bulat. Tanpa dikupas.

Singkat cerita gue beserta gerombolan sampai di pesantren. Setelah bapak mengurus administrasi, gue langsung ditinggal bapak gue. Ya, agak sedih juga. Cuma gak sedih banget. Cuma agak sedih. Eful, benar, ia cowok yang tangguh. Setelah salaman dengan bapaknya. Ia langsung pergi main dengan teman-teman barunya. Ia memang banyak mengenal pesantren ini. Bapaknya adalah bagian dari keluarga pesantren ini.

Setelah bapak gue pergi, pulang kerumah. Gue merasa kesepian, kemudian mencari Eful. Ternyata Eful sulit ditemukan. Sampai ada seorang santri senior mengantar gue ke kamar yang akan gue huni. Mungkin selama satu tahun gue akan mendekam di kamar itu. Santri senior itu menuntun gue ke sebuah kamar yang agak luas. Cukup untuk lima belas orang. Kamar ini bekas kelas yang sudah tidak terpakai.

Waw! Saat pintu kamar dibuka. Gue kaget banget. Mungkin sekitar 20-an santri sudah berada di dalam kamar. Dan, semuanya pada nangis. Mereka santri baru. Ya, hampir semua yang ada di kamar pada menangis. Ada yang menjerit-jerit menyebut orang tuanya. Ada yang nangis terisak-isak melihat foto orang tuanya. Ada yang membenamkan kepalanya ke bantal. Ada yang nangis sambil mukul-mukul dinding dan mengutuki orang tuanya karena memasukkannya ke pesantren.

Belum beres…! Ada yang nangis sambil terkencing-kencing. Ada yang nangisnya menggeliat-geliat di lantai seperti ulat. Ada yang mengomeli bapaknya. Ada juga yang nangis sambil nampar-nampar diri sendiri, mungkin gak percaya dirinya ada di pesantren. Ada yang lebih parah lagi, ia nangis sambil membenturkan kepala temannya sendiri ke dinding. Sebab gara-gara ajakan orang tua temannya ia masuk pesantren.

Gue begitu takjub dan senang melihatnya. Senang melihat anak-anak menangis histeris. Sampai-sampai kamar banjir dengan air mata. Hari itu adalah hari air mata, kalau boleh gue peringati. Di antara tumpukan santri yang cengeng itu, gue nggak menemukan Eful. Mungkin ia gak sedih. Jadi nggak bergabung dengan anak-anak cengeng itu. Gue juga merasa heran. Lihat santri menangis tapi malah mau ketawa. Mungkinkah ada bakat gue suka melihat penderitaan?!!

Lama melihat santri, gue bosan. Gue melangkahkan kaki masuk kamar. Sesampainya di kamar gue bergegas menuju almari baju. Ganti baju.
Almari gue sebetulnya milik si Eful juga. Gue numpang nyimpen pakaian di almarinya. Nah, waktu gue membuka gagang pintu almari. Gue menjerit. Gue kaget banget. Di dalam almari gue menemukan Eful. Ia sedang meremas-remas rambut. Kepalanya dibentur-bentur pelan ke bagian belakang dinding almari. Menangis jadi-jadian.

“Bener, Ful. Loe emang gak nangis. Jantan... !”

Catatan kaki:
Jangan berkata kalo gak tau pasti, dan belum mengalaminya.
Oh iya, gue masuk Pesantren setelah lulus SD.

5 komentar:

  1. haha...garing tapi sedikit ngakak...kalau dijadiin buku kayaknya bagus. templatenya hmmm so sweet..

    BalasHapus
  2. ah, kitu weh kang. ayeuna nuju usum carita garing....

    BalasHapus
  3. bagus banget ceritanya...
    mengalir dengan indahnya..
    trus menulis ya bro!

    BalasHapus
  4. bagus banget ceritanya...
    mengalir dengan indahnya
    terus semangat nulis ya bro!
    jgn lupa tukeran link ya

    BalasHapus
  5. Duh... gak usah terlalu memuji mbak, tapi thanks, ya... sebagai Blogger yang baik, masalah tukeran link, it's OK!

    BalasHapus

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...