Bagian Tiga
Catatan atas : ‘Istaiqidz! artinya Bangun!. Paham!
Peraturan di pesantren gue. Setiap hari santri harus bangun shubuh. Dengan terpaksa harus ikhlas, gue dan sohib-sohib kelas "terpadu" saat malam menjelang shubuh harus bangun cepat-cepat. Sekitar pukul empatan.
Belum sempat jarum jam menunjuk angka empat. Seksi keamanan sudah berteriak-teriak di microphon. Membangunkan santri.
“Asholatu khoiru minan-naum.” Itu bagi yang hendak shalat tahajud, atau shalat isya-nya keshubuhan. Artinya, shalat lebih baik daripada tidur.
Sedangkan bagi yang mau sahur keamanan berteriak, “Assahuru khoiru minan-naum”. Artinya, sahur lebih baik dari pada tidur.
Sedangkan bagi santriwati yang sedang haid, mereka berteriak “An-naumu khoiru minas-shalati was-sahuri.” Artinya, tidur lebih baik daripada shalat dan sahur.
Setelah jam menunjukan pukul tiga lewat nol-nol. Gue dan sohib kelas terpadu bangun. Terpaksa harus bangun. Gue bangun yang pertama kali. Sohib yang belum bangun, gue bangunin wahid-wahid.
Fadli yang tidur pulas kakinya membelit leher Deden. Begitu juga Deden kakinya melilit tubuh Fadli. Terkadang kalo mereka sedang tidur saling menendang. Sekarang kaki mereka mulai diangkat dan diletakan pada tempat yang sepantasnya. Kadang-kadang kakinya juga bersalaman?
Saeful yang tidurnya terlentang, kedua kakinya terbuka menganga seperti posisi ibu-ibu sedang melahirkan. Mengakibatkan sarung yang menyelimutinya terangkat dan terbuka lebar menganga. Nampak jelas isi dalam sarungnya. Mungkin dari semalam mengerut kedinginan. Sekarang sarungnya ditutup kembali. Isinya pun hidup kembali dalam kehangatan?
Biban, kalau tidur suka tertawa-tawa sendiri gak jelas. Kadang-kadang ia rewel, sering berteriak-teriak minta tolong, melolong seperti anjing, mengeong seperti kucing. Dan yang bikin ngeri suka mukul-mukul temennya gak jelas. Berbeda ketika sudah bangun ia sangat pendiam.
Tendi yang tidurnya selalu tersenyum, mulai menunjukan wajah aslinya. Tendi hidupnya jarang tersenyum, selalu, wajahnya selalu menunjukan kengerian dan kekejaman. Kecuali, kalo tidur. Ia selalu tersenyum manis. Aneh!
Harits yang bibirnya nempel pada pipi Rubi saat tidur, seperti gerakan mencium. Sekarang bibirnya sudah menjadi pendaratan telapak tangan tamparan Rubi. Keplakk !! suaranya nyaring banget.
Agus yang ketika tidur matanya agak terbuka, sekarang saat bangun matanya malah terpejam.
Mukhlis yang saat tidurnya pendiam, tidak bergerak-gerak. Kini saat bangun matanya melirik-lirik bengis, kemudian berjalan, berputar-putar dan meloncat-loncat gak jelas. Pada langkah kakinya yang ketujuh, tubuh Mukhlis kembali tumbang ke atas tumpukan cuciannya. Tidur kembali!
Andri yang tidurnya tanpa sarung, sehingga saat tidur tampak di bawah udelnya bentuk underwear mirip segi tiga tak beraturan, seperti logo Supermen yang sudah usang, dan robek disisi-sisinya. Wah! Saat bangun Andri mengkerutkan kedua alisnya dan menyorot Ade yang tidur nyaman pake sarungnya. Tanpa banyak Tanya dan tanpa ampun. “Sim.. salabim..” sarung di tubuh Ade di ambilnya tanpa ampun. Tampaklah saat tidur Ade suka memegang bagian tubuh sensitifnya, agak diremas sedikit, atau digaruk-garuk.
Gue sendiri saat tidur nggak mengekspresikan apa-apa. Kecuali setelah bangun, karena biasanya gue suka mandi pagi. Pagi sekali, sebelum melaksanakan shalat shubuh.
“Istaiqidz…ya..Thulab!!! (bangun! Wahai para santri)” Keamanan berteriak membangunkan.
“Oke…..oke…” kata Saeful, sembari membetulkan sarungnya. Tidur lagi.
“Insya Allah….. Qismul’Am…” Andri mulutnya menjawab, sedangkan matanya masih terpejam pulas. Tangannya menggaruk-garuk bokong.
“Bangun! Ente-ente jami’an… haya ‘ala shalat!” Keamanan menambahkan.
“Bangun-bangun!!! Istighfar kalian! Sebentar lagi shalat” Gue membantu keamanan membangunkan mereka.
Gue mendisiplinkan sohib-sohib sembari memberi bantal terbagus yang gue miliki pada keamanan. Sebagai penyuap agar keamanan kembali menikmati malamnya. Juga, kami tentunya bisa menikmati sisa malam lagi.
Mendapat bantal, Keamanan tersenyum pasrah. Ia lalu bergegas ke arah tumpukan santri yang masih tidur. Memeriksa sedikit celah, mungkin ada tempat yang masih bisa ditiduri. Ketemu juga. Di antara Harits dan Rubi ada celah kosong. Cukup untuk satu orang. Keamanan pun merebahkan tubuhnya untuk kembali tidur dengan bantal gue. Nah, pas keamanan kembali tidur. Semua santri bangun dan meninggalkan keamanan.
Keamanan tidur dengan senyum bahagia. Namun hanya lima menit senyum bahagianya. Lima menit berikutnya. Satu ember air mengguyur tubuhnya. Air tumpah dari ember yang dipegang tangan ustaz. Kami semua tertawa terbahak-bahak melihat keamanan basah kuyup. Apalagi gue, senang banget melihat keamanan menderita. Sebab gue yang ngelaporin pada ustaz, keamanan tidur lagi…. hehehe…
Catatan kaki:
Jangan menyontoh gue dan sohib gue! Gitu aja. Oh, iya, harus amanat melaksanakan tugas, jangan mudah disuap. Harus punya komitmen moral kata mahasiswa UIN Bandung.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar