Bagian Lima
“Pemberitahuan, kepada seluruh santri. Atau yang merasa dirinya santri jantan dan bukan pecundang. Diharapkan berkumpul di depan masjid. Untuk sekarang, ngaji diliburkan. Sekali lagi kepada para santri ngumpul di depan masjid!….”
“Hore!!! Ngaji libur” Teriak santri.
Mendengar pengumuman Rois’Amm santri yang merasa dirinya jantan berbondong-bondong datang ke depan masjid. Bagi santri yang pecundang, mereka nggak datang ke depan masjid. Malah ada yang main petak umpet di pesantren. “Dasar pecundang ke depan masjid aja gak berani. Suruh pake kerudung aja, jangan pake sarung”. Teriak seseorang, dan orang itu gue.
Setelah santri jantan berkumpul. Rois’Amm langsung berkoar-koar macam ayam berkokok.
“Wahai, para santri jantan sekalian. Sungguh suatu kehormatan bagi saya kalian mau datang ke sini. Sesungguhnya ada hal yang sangat penting yang harus diselesaikan sekarang juga. Tadi, Pimpinan pesantren, pak Kiai memberi amanat kepada saya. Amanat itu adalah, kalian harus ganti baju koko kalian, pake baju yang sepantasnya bagi seorang pria. Ya, baju yang terlihat jantan untuk seorang pria… pergi ke sawah. Jadi, hari ini kita disuruh menaburi sawah dengan urea tablet. Sekian, terima kasih.”
“Yaaahhhh…”
Semua santri jantan jadi lemas mendengar maklumat itu.
Walau bagaimana pun. Perintah itu dilaksanakan dengan taat oleh para santri. Sebab pak Kiai telah mendidik santri dengan gratis. Maka, berbondong-bondonglah para santri jantan pergi ke sawah. Jumlahnya sekitar 40 santri. Nggak termasuk gue.
Awalnya, para santri menaburi sawah dengan urea tablet terlihat disiplin, rapi dan penuh penghayatan. Katanya, sawah merupakan ciptaan Tuhan. namun, setelah kejenuhan meliputi para santri. Mereka menaburkan urea tablet sekenanya. Nggak peduli ke mana bercokolnya itu urea, yang penting di aur-aur .
Karena kurang terorganisir dan terkoordinasi dengan baik oleh Keamanan. Akhirnya ada santri iseng melempar urea tablet ke santri lain. Santri itu pun kembali membalas dengan melempar beberapa tablet. Lemparannya salah, mengenai kepala keamanan. Keamanan nggak mau dipecundangi, ia membalas lemparan itu dengan serentetan urea tablet yang dihamburkan menghujani santri lain. Perang saudara pun meledak.
Keadaan kacau dan genting. Para santri saling melempar. Urea tablet tidak lagi dilempar ke sawah tapi dilemparkan mengenai santri-santri lain. Secara alamiah 40 santri itu berubah menjadi dua kubu. Tembak-menembak pun meledak, saling lempar, saling caci, dan berteriak. Urea tablet berdesingan meluncur cepat mengenai kepala, dada, telinga, hidung, mata, pipi, mulut ; ada juga yang termakan beberapa biji oleh para santri. Mereka ada yang mengejang..seperti terkena senjata biologis pemusnah massal.
Perang berlangsung lama dan sengit, keadaan semakin menegang. Setiapkali kehabisan peluru urea tablet. Akan ada sukarelawan berlari ke gudang memikul sekarung urea tablet. Perang pun meledak kembali. Akibat peperangan ini, banyak santri berguguran, bertumbangan, terkulai lemas tertembaki. Tim kesehtan dibuat lelah sebab korbannya terus berjatuhan dari kedua kubu. Banyak yang kejang-kejang dan dari mulutnya keluar busa. Mereka menelan bulat-bulat urea tablet. Tapi gak sampai mati.
Saat peperangan berlangsung sengit dan urea berdesingan. Rois ’Amm datang. Rois ’Amm nggak percaya dengan penglihatan dihadapannya. Ia melihat peperangan antar santri terjadi. Segera ia menengahi peperangan ini dan berusaha mendamaikan.
“Hei! Kalian apa-apaan? Bikin malu aja. Hentikaaaaaannn!!!!!!!”
Seketika keadaan jadi sepi. Nggak ada urea beterbangan. Semua wajah melirik arah datangnya suara. Setelah semua yakin arah suara itu. Para santri meraup urea sebanyak-banyaknya dan melempari Rois ’Amm rame-rame dengan urea tablet. Rois ’Amm nggak punya pertahanan kuat. Akhirnya ia dijatuhi tembakan bertubi-tubi. Beberapa urea mengenai wajahnya, jidatnya, pipinya, hidungnya, ada juga yang masuk ke lubang hidungnya, dan berbelas-belas urea tablet menjejali mulut sang Rois ’Amm. Rois ’Amm pun tumbang. Tubuhnya kejang-kejang.
Catatan kakai:
Perang yang terburuk adalah perang saudara.
Catatan penting:
Kisah di atas nggak gue alami. Itu pengalaman kakak kelas gue. Ceritanya juga gak separah itu. Cuma mau ceritanya seperti itu. Biar agak dramatis...kata mahasiswa teater di STSI Bandung.
Keajaiban:
Ajaib! Walaupun urea dilempar sekenanya ke sawah. Tanaman padi pak Kiai jadi sangat subur dan panennya bagus. Sungguh ajaib. Seharusnya padinya mati. Over dosis !!!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar