"Terimakasih Atas Kunjungannya, Semoga Anda Banyak Rezeki, Banyak Anak, Dan Masuk Surga. SALAM CINTA"
Spirit Power Metal & Ebiet G Ade: Bumi yang Memangsa
Bakda shalat jum’at, saya merebahkan tubuh sambil mendengarkan lagu kesayangan, Timur Tragedi, Power Metal. Ngantuk yang tadinya menghinggapi kepala kini kabur terbirit-birit saat sang vokalis meneriakan syair lagu, ditambah gebukkan drum yang terus menderu. Semangat pun ikut bangun, berkobar menyala-nyala bagaikan bara. Musik semakin memanas dan mengganas, tiba-tiba dari dalam PC seperti ada rantai yang keluar dan bergerak membentang lurus ke arah saya, membelit dan menyeret saya ke depan PC, dan memaksa tangan saya untuk mengetikan beberapa kata dari lirik lagu Power Metal yang berjudul Timur Tragedi.
“Bila laut tak pasang terkendali
Tsunami datang menyapu bersih
Bila tanah mulai memecah belah
Hempaskan milik seluruh kota
Seisi negri jadilah hamparan
Tersisa hanya puing kehancuran
Banyak jiwa tertimbun mati
Sanak saudara hilang entah kemana
Tanah menjadi lautan darah
Yang terdengar jerit merintih
Lihat mereka, mereka berkata
Korban dari mengganasnya alam
Gedung-gedung jadi urugan tanah
Sawah ladang rusak berantakan
Timur tragedi,
Engkau membabi buta
Binasakan harta dan benda…”
Lagu saya putar lagi, tapi kali ini bukan untuk mengetikan kata-kata itu, karena orang-orang sendiri lebih tahu tentang apa yang saya tulis di atas, bahkan sebagian orang telah menyaksikan, dan sebagian lainnya malah ada yang menjadi korbannya.
Tujuan saya memutar lagu Timur Tragedi untuk yang kedua kalinya tiada lain, membayangkan bagaimana jadinya jika sayalah yang dimaksud, banyak jiwa tertimbun mati, sanak saudara hilang entah kemana?”
Lalu saya berpikir, berpikir tentang cara agar saya tidak termasuk yang dimaksud lirik lagu diatas. maka mulailah saya menyusun kata sambil memutar lagu Ebiet G Ade agar suasana lebih tenang.
Seandainya bumi ini merupakan benda mati yang tidak bernyawa, tidak bernafas, tidak merasa, dan tidak mempunyai akal, mutlak benda mati. berarti bumi ini adalah sebuah benda yang sangat besar, yang tidak mutlak keberadannya dan keutuhannya. dari apapun benda mati diciptakan, bahkan dari sesuatu yang sangat kokoh pun, tetap saja akan mengalami kehancuran dan keruksan, cepat atau lambat. Ini berarti, bumi adalah benda yang sangat berharga yang harus dijaga bersama-sama. dijaga dan dirawat dengan penuh ketelitian, kedisiplinan, keteraturan dan juga dengan penuh cinta. Pasalnya, jika bumi ini tergors, hal itu akan merugikan, bukan merugikan bumi, tapi manusia. Jika tergores saja tidak boleh, apalagi sampai ruksak.
Selain itu, saya juga membayangkan. Seandainya bumi ini benda hidup, atau bumi memang tidak hidup, tapi ia bisa merasakan dan merespon perlakukan manusia kepadanya. Ini yang saya hawatirkan. Jika memang seperti itu, maka tidak mengherankan jika bumi mengamuk dan meremukan kehidupan yang ada dipermukaannya, alasannya berarti, atau pertanyaannya berarti, apa yang dilakukan manusia dengan bumi? bukan apa yang terjadi pada bumi ini. tapi. Apa yang terjadi pada kehidupan manusia?
Meski saya tidak yakin bumi seperti ini, Tapi Ebiet G Ade terus mencari jawabnya pada persoalan ini. Dia mengabarkan semua permasalahan ini, kepada karang, kepada ombak, kepada matahari, tetapi semua diam dan membisu, dan akhirnya dia hanya bisa diam terpaku sambil menatap langit.
Kalau Ebiet sulit menemukan jawabnya, “barangkali di sana ada jawabnya…
“Mengapa di tanahku terjadi bencana?
Mungkin Tuhan mulai bosan
Melihat tingkah kita
Yang selalu salah dan bangga
dengan dosa-dosa
Atau alam mulai enggan
Bersahabat dengan kita
Coba kita bertanya pada
Rumput yang bergoyang”
Ternyata, jawaban di sini sangat mengejutkan.
Bumi memang makhluk yang tak berakal dan tidak mempunyai perasaan seperti manusia. Tapi, Pencipta bumilah yang membalas (hasil perbuatan) manusia yang telah melakukan kerusakan di muka bumi.
Dan akhirnya saya kembali tersadar, bahwa bumi ini wajib dijaga oleh siapa saja yang merasa hidup di atasnya. bukankah pepohonan dan hewan pun menjaganya, bahkan keduanya termasuk keseimbangannya. lalu, kenapa manusia sulit menjaganya?
Mari kita bertanya pada rumput yang bergoyang…
Dasam Syamsudin
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar