Menghacurkan dan mengkaramkannya kedasar samudera
Itulah saat badai berputar membawa pesan darimu
Kau berkata panjang dalam deretan duka
“Aku disini telah bahagia bersama
Damai dan jangan kau lemparkan cintamu lagi
Lelah tak berdaya aku terpedaya oleh kasih sayangmu
Yang kau beri dan sekarang berubah menjadi duri
Saat bunga dimusim panas mekar bersemi
Cintamu hanya akan menusuk perasaan diantara taman bunga
Aku percaya kebun anggur yang kita tanam
Telah memabukan hati selama itu…
Namun, semua telah terlambat
Seorang asing telah datang membawa ember
Dan menyiram kebun yang kau tanam
Pria itu kini tidak asing, pria itu dirimu
Dirimu yang kunantikan tidap pernah datang
Sehingga aku menggantinya atau menganggapnya
Salahkah aku, menggantimu karena kau hanya diam
Saat kebun ini butuh air segar agar tetap tumbuh”
Cinta, aku masih ingat kata yang kau ucapkan itu
Agar aku kembali mengejarmu dengan menunganginya
Bodohkan aku? Mengejar kijang dengan si kura-kura
Kau yang berkata terlambat
Kau yang menyuruhku cintaku lari
Aku tak bisa apa kecuali berteriak dan menangis
Silahkan kau hardik dan marahi aku sepuasnya
Bencipun taka pa
Satu yang harus kau miliki dari untaian kebohonganku
Aku bangga pernah menanam bunga untukmu
Walaupun kebun itu kini kalian siram
Namun, satu tanaman bunga itu takkan pernah mati
Karena itulah kebun itu ada, dariku
Senin malam, Desember 2008
Aku Bangga Pernah Mencintaimu
Serigala hina itu ikut lari
Terbirit bersembunyi di arah utara bersama diriku
Ketika kau berteriak
Jangan ganggu aku dengan kedamaian kami
Aku bahagia dengan kekasihku
Cinta, aku tersinggung
Juga berbalas teriak
Aku diriku…
Yang tidak pernah berhenti mengejarmu
Walau lautan berubah menjadi api
Tapi takkan mampu membakar sya’ir
Dimana bait-baitnya kita susun
Cinta, kau memaksa dan marah
Mengusirku bagai kucing lapar mencuri ikanmu
Kau bangun tabir raksasa untuk memisahkan kita
Kau belah bumi agar aku menghilang
Hingga aku menyerah dan tersenyum darah
Cinta, tidakusa h laut emosi tumpah
Tak apa namaku telah terhapus
Tak apa cinta telah padam
Tak apa kasih sayang telah terbang
Tak apa cinta, itu memang pantas
Buat pecinta seperti diriku
Yang tolol bodoh dan tak berarti
Ijinkan satu untukmu
Biarkan aku bangga pernah memilikimu
Mengusirku bagai kucing lapar mencuri ikanmu
Kau bangun tabir raksasa untuk memisahkan kita
Kau belah bumi agar aku menghilang
Hingga aku menyerah dan tersenyum darah
Cinta, tidak
Tak apa namaku telah terhapus
Tak apa cinta telah padam
Tak apa kasih sayang telah terbang
Tak apa cinta, itu memang pantas
Buat pecinta seperti diriku
Yang tolol bodoh dan tak berarti
Ijinkan satu untukmu
Biarkan aku bangga pernah memilikimu
Senin malam, Desember 2008
Tidak ada komentar:
Posting Komentar