Aku teringat sebuah pepatah yang mengatakan dunia itu tak selebar daun kelor, sebuah pepatah bijak bagi anak manusia yang memandang bahwa kehidupan serasa sempit dan tersekat dalam mencari pengharapan untuk hari esok yang lebih cerah, padahal dunia ini luas dan kompleksitas, tergantung ada kemauan yang kuat pasti ada jalan untuk dilalui. Dia bisa berproduktifitas dimana pun dan kapan pun, globalisasi merupakan sebuah lompatan besar peradaban manusia mampu menyatukan benua-benua yang tersekat oleh samudra, menyatukan ras, warna dan etnik yang tersebar dalam jutaan kepulauan dunia disatukan dalam sebuah kotak yang kecil dan mudah untuk ditenteng dan digenggam, kita kenal dengan HP, Ipod, Laptop dll, dimana dunia dalam genggamannya.
Namun ekses yang ditimbulkan dari fenomena globalisasi ini adalah Ka’bah yang menjulang begitu tinggi dan kokoh itu lambat namun pasti setiap saat semakin mengecil dan tak lebih menjadi sebuah kotak bungkus rokok. Padahal didunia ini Umat Islam yang menghadap Ka’bah itu dalam sehari semalam dilakukan sebanyak lima kali, mereka mengerjakan Ibadah Sholat diperintahkan oleh Allah untuk menghadap Ka’bah sebagai kiblat.
Kalau dihitung menurut perhitungan kasar umat Islam seluruh dunia berjumlah kurang lebih 2 Milyar orang, namun berapa persenkah yang masih mentradisikan ibadah Sholat, berapa persenkah yang menganggap bahwa Baitullah (ka’bah) sebagai kiblatnya, apalagi kalau dihitung berapa persenkah umat Islam melaksanakan sholat itu hanya karena mengharap ridho dari Tuhan nya (Ikhlas). Saya kira berbagai pertanyaan tersebut dapat dijawab oleh hati-hati kita dan tak dapat disimpulkan melalui metode survai atau sejenisnya.
Kini kiblat-kiblat baru sangat mudah untuk ditemui diberbagai tempat dan kesempatan, tatkala adzan dikumandangkan hanya didengar namun konsentrasi kita pada layar televisi yang sedang menayangkan sinetron percintaan, dan adakalanya kumandang adzan itu dijadikan sebagai bumbu tatkala kita menuliskan status di akun facebook kita. Adzan tak lebih sebagai seruan panggilan tanpa makna, semuanya larut dalam cakrawala kehidupan semu dan menipu. Maka Ka’bah kini diganti dengan kotak-kotak kecil sebagai kiblatnya. Wallahu’a'lam.
Penulis: Moh Dahlan
Penulis: Moh Dahlan
Tidak ada komentar:
Posting Komentar