"Terimakasih Atas Kunjungannya, Semoga Anda Banyak Rezeki, Banyak Anak, Dan Masuk Surga. SALAM CINTA"

Catatan Garing 8: Misteri Hilangnya Santri

Bagian Delapan

“Bangun! bangun! sekarang sudah pukul tiga lewat lima puluh sembilan menit. Sudah saatnya bangun untuk persiapan shalat shubuh”

Itu teriak teman gue membangunkan santri yang sedang tidur lelap. Teman gue yang satu ini memang kurang kerjaan, setiap shubuh berteriak membangunkan orang. Padahal dia tahu bahwa tidur adalah salah satu kenikmatan dunia. Lantas kenapa dia harus selalu membangunkan santri? Uh! Untuk persiapan shalat lagi. Dasar, Seksi keamanan kurang kerjaan.

Yeahh…. gue berkata seperti ini karena gue salah satu santri kreatif. Suka melawan dan selalu kritis moralis. Walau kadang gue sendiri krisis moral. Biasalah manusia. Santri, kan, orang yang bertobat. Makanya gue mengaji.

Kalo kata sejarawan “Sejarah selalu terulang”. Memang itu benar. Karena, seksi Keamanan kembali kehilangan santri beberapa orang dan di antaranya gue. Gue, Saeful dan Cecep biasanya selalu absen di Masjid. Setelah bangun, mereka menghafal masjid.

Keamanan bingung, Pesantren geger karena tiga santrinya gak ada di tempat tidur. Juga di tempat lain yang pantas ditiduri. Sibuklah keamanan mencari kami.

“Tidur di mana lagi mereka?”

Kata seorang keamanan yang tadi gue sebutin sebagai teman. Mereka, para keamanan terus mencari. Kali ini, entah keberapa kali gue hilang, menurut mereka. Padahal gue dan sohib nggak hilang, hanya hijrah tidur. Kami hijrah karena nggak mau diganggu. Kami pindah tidur dari dalam kamar keluar kamar. Dari bawah ke atas. Maksudnya ke atas…. Eits! Gak akan di beritahu di mana gue tidur. Kan rahasia?

Keamanan mengerahkan seluruh personilnya mencari gue dan temen gue. Tapi belum ditemukan. Memang sulit menemukan santri kretaif seperti gue dan sohib gue… gue gitu loch!

Kali ini gue sial. Salah satu Keamanan pesantren berteriak manggil-manggil nama gue dengan microphone, hingga gue gak bisa tidur. Selama ini gue selalu selamat dari pencarian santri hilang saat belajar shubuh di masjid. Sebab letak tempat tidurnya strategis sehingga gak bisa dilacak. Setelah Keamanan bosan mencari dan lelah berteriak-teriak di microfon. Baru gue bisa memejamkan mata. Rasanya indah hidup ini gak ada yang ganggu….ahhhh!

Tiba-tiba“PSSSSSSSSHHHHH…. TUUUUUTTT….BROOT..BROOT” Itu suara kentut Saeful, yang sangat nyaring.

“Sssssssttttt….. Gak boleh berisik.Tutup semua sumber suara entar ketahuan”. Itu gue mangajarkan kepada teman tentang etika bersuara.

Walah!... Pasti karena suara kentut Saeful sangat nyaring. Jelas sekali gue dengar di dalam masjid ada keributan. Keributan itu terjadi karena santri mendengar ‘suara misteri’ dari atas masjid. Karena gak ada bukti sumber kentut itu dari pantat siapa. Maka para santri saling tuduh-menuduh, menunjuk siapa aja sekenanya. Banyak yang sakit hati dituduh. Perdebatan sengit pun terjadi. Mereka saling melontarkan tuduhan dengan dalil yang Dzon (berdasarkan sangkaan) hingga banyak santri yang bersedih karena terfitnah.

“Diam! gak usah diributkan,” keamanan mendisiplinkan para santri.

“Kayaknya keamanan yang kentut?” salah seorang santri masih belum puas menuduh orang.

“Siapa yang bilang keamanan kentut?”
***

Karena penasaran dengan suara misteri itu, dan nggak terima dituduh kentut. Keamanan mencari tangga hendak menyelidiki keadaan di atas masjid. Setelah keamanan menaiki tangga dengan hati-hati dan suara pelan. Mungkin ia takut jin atau mungkin takut jatuh. Sesampainya di atas masjid ia menatap genteng yang hampir horizontal. Sehingga kalau ditidur akan enak bak di kasur hotel.

Entah berapa menit dia mencari kami. Tak kunjung ketemu jua. Keamanan putus asa dan kembali turun. Baru menuruni anak tangga setengah. Tiba-tiba Saeful kentut lagi dan suaranya lebih nyaring dari yang pertama. Bahkan, getarannya mengguncangkan genteng. Ada juga santri yang terbangun karena kenyaringan suara kentutnya. Keributan di dalam masjid kembali terjadi ; fitnah, tuduh-menuduh, pertengkaran pun terjadi lagi.

Sedangkan di arah tangga gue denger suara orang yang jatuh dan berteriak “ADUH…” dan disusul suara “BLAK”. Gue yakin itu suara tangga dan yang jatuh adalah Keamanan. Jadi, Keamanan tertima tangga karena kaget mendengar dahsyatnya kentut si Eful.

“Hey… Siapapun loe cepat turun dari Masjid! Kalau nggak gue hukum!”

Keamanan sangat marah dan berteriak geram. Karena kami orang yang penurut maka turun dan minta maaf. Sepertinya keamanan marah besar dan langsung menunjuk kolam ikan pak Kiai. Kami bertiga dihukum berendam di kolam Kiai sampai shubuh usai. Setelah selesai ngaji disuruh membersihkan seluruh kompleks pesantren.

Akhirnya keamanan bisa memecahkan misteri hilangnya santri. Dan kali ini setiap shubuh santri lengkap berkumpul di masjid. Walau berkumpul di dalam masjid, Eful tetap nggak bisa menyekolahkan kentutnya agar tak bersuara. Akibatnya, dia diisolasi dari keramaian. Dibiarkan sendiri di kamar. Menikmati kentut sendiri.

Catatan kaki:
Jangan kentut, kalo nggak perlu. Bagi loe yang kentutnya ngebass BGT. Gunakanlah saat waktu yang tepat. Jangan membuang waktu. Juga, jangan membuat orang lain terzalimi gara-gara “kentut”. Pahamkan?!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...