Oleh DASAM SYAMSUDIN
"yang penting usaha, pendidikan itu hanya menghabiskan biaya/ harta" ucapan itu saya dengar sendiri dari sebagian penduduk kecamatan Gantar ketika saya akan masuk kuliah. Karena, saya memang penduduk Gantar.
BARU-baru ini media massa seperti surat kabar dan televiss sering memberitakan kondisi Indrmayau. Mayoritas kabar yang disebarkan dari kabupaten ini tiada lain tentang kondisi penduduknya yang selalu dilanda berbagai permasalahan. Misalnya, kasus kematian pemudanya yang diakibatkan pengaruh minuman keras dan kondisi perekonomiannya yang berada dibawah garis kemiskinan.
Hampir semua media pernah meliput tentang tragedi kecamatan Losarang, pada bulan Ramadhan kemarin misalnya, tentang kemtian pemuda yang kurang lebih jumlahnya sekitar dua puluh-an akibat mengoplos minuman beralkohol dengan autan. Dan sampai sekarang hal itu masih kerap terjadi.
Dalam segi ekonomi, mayoritas penduduk Indramayu petani dan nelayan sederhana—bukan petani atau nelayan bermodal besar. Sehingga penghasilannya dari penggarapan sawah dan hasil pencarian ikan sulit merubah hidupnya kearah yang lebih baik. Akibat hal ini, banyak penduduk Indramayu yang menjadi TKI (Tenaga Kerja Indonesia) atau TKW (Tenaga Kerja Wanita). Bahkan di jakarta ada Kampung Pengemis yang mayoritasnya orang Indramayu. Seperti dikutip dari "keadilansosial.wordpress.com"
"Selain bekerja di kampung sendiri, banyak petani yang gagal panen mengadu nasib ke Jakarta. Menurut Catu, kebanyakan warga dari Losarang yang mengemis di jalan-jalan besar ibu kota berdomisili di Depok dan Manggarai. "Banyak orang Indramayu, dari Kecamatan Jatibarang hingga Patrol, yang menjadi pengemis di Jakarta, terutama saat paceklik atau gagal panen," ujarnya."
Potret kehidupan Indramayu di lihat dari dua sudut tersebut mengindikasikan, bahwa kondisi tersebut diakibatkan masih banyaknya penduduk yang tarap pendidikannya rendah. Sebagian masyarakatnya memang menganggap bahwa pendidikan itu tidak penting. "yang penting usaha, pendidikan itu hanya menghabiskan biaya/ harta" ucapan itu saya dengar sendiri dari sebagian penduduk kecamatan Gantar ketika saya akan masuk kuliah. Karena, saya memang penduduk Gantar.
Pemerintah adalah pahlawan?
Pemerintah Indramayu sepertinya sekarang mempunyai tugas yang berat. Tugas itu tiada lain adalah peningkatan tarap hidup penduduk dalam segi ekonomi, pendidikan, juga moralitas. Sudah saatnya pemerintah menunjukan kepahlawanannya, perhatiannya dan kepeduliannya terhadap Indramayu. Baik itu pemerintah Daerahnya sendiri, Propinsi, bahkan Pemerintah pusat.
Kondisi tersebut tidak boleh dibiarkan berlarut-larut, karena jika dibiarkan nasib Indramayu akan menjadi kabupaten terpuruk. Dan hal ini sangat tidak inginkan, bahkan sangat mengerikan jika memang terjadi. Walau bagaimanapun Indramayu adalah Kabupaten yang berada di Jawa Barat. Seyogianya pemerintah Jabar lebih mencurahkan perhatiannya.
Dalam konteks Hari Pahlawan 10 November, Pemerintah Daerah Indramayu tidak usah berpikir tentang perang atau berjuang dengan penjajah. Tapi, berpikirlah berjuang dan buktikan kepahlawannya dengan memperhatikan nasib wong cilik penduduknya dari tiga sudut tersebut dulu. Memang ini tugas yang berat, apalagi dalam memberikan solusi alternatif kesenjangan ekonomi. Namun, bukankah sudah menjadi kewajiban pemerintah manapun dan tingkat apapun dalam meningkatkan pemerintahannya kearah yang lebih maju?
Oleh karena itu, peningkatan mutu pendidikan di Indramayu harus lebih digalakan. Jangan hanya mengarahkan kuantitasnya tapi kualitasnya pun harus diperhatikan. Degradasi moral, tersebarnya pengangguran adalah bukti kurangnya pengetehuan dalam segi pendidikan. Minimal dengan pendidikan jumlah pengangguran tidak banyak , labih dari itu penduduk bisa kerja pada tarap yang lebih menjamin, jangan sampai menjadi pengemis. Peningkatan mutu pendidikan pun bisa meminimalisir perilaku amoral terlebih pendidikan agama/ moral.
Fungsi sosial masyarakat
Disamping sektor pemerintah yang menggalakan perhatiannya, juga fungsi masyarakat sebagi penduduk sosial harus lebih arif dalam menyikapi permasalahan yang terjadi pada dirinya saudaranya. Jangan sampai permasalahan sosial yang menderu daerahnya hanya bersikap acuh tak acuh, seakan kondisi seperti itu biasa. Kesadaran diri harus ditumbuhkan, jiwa pahlawan harus digugah agar kita peka memperhatikan realitas sosial disekitar kita. Saudarakah jika ia membiarkan tetangganya menderita di depan matanya?
Konteks pahlawan bisa pada siapa saja, bahkan pada kita yang tidak memikul senjata melawan penjajah bisa di katakan pahlawan. Asalkan kita bisa merealisasikan makna pehlawan sebagai pembela dan pejuang gagah berani. Tidak usah yang jauh-jauh, hidupkan budaya saling menolong, gotong royong dalam memperbaiki situasi sosial kearah lebih baik entah itu sisi ekonomi, moral atau pendidikan semuanya harus kita galang bersama. Agar tercipta sosial masyarakat yang aman, tentram dan terpelajar dan tentu sejahtera.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar