Cerpen DASAM SYAMSUDIN
Gendang bertalu-talu disusul rentetan alat musik gamelan lain mendendangkan nyanyian khas Sunda di Acara Ulang Tahun Teater Awal SMA 2 Tarogong-Garut. Para alumni dan anggota Teater Awal berjejal meramaikan acara, bernyanyi, bersandiwara, berteriak-teriak, dan bernostalgia. Acara semakin ramai, menghanyutkan para alumni dan anggota Teater, kebahagiaan menyelimuti mereka. Semua bahagia di Teater Awal. Kecuali Jumril, Remaja usia 20 tahun Mahasiswa Psikologi UIN SGD Bandung, alumni Teater Awal.
Di atas bangku panjang di depan kelas Jumril terlihat gelisah, tangan kanannya mencet-mencet tombol HP tak karuan, berusaha menghilangkan kegelisahannya. Terkadang mendengarkan musik mp3, nonton video, SMS-an, teleponan, main game. Sekali-kali ia melirik jalan di depan sekolahnya. “Belum datang juga” nada tertahan keluar dari mulutnya, Jumril melirik tangan kirinya yang masih memegang erat setangkai bunga mawar putih. Di samping kananya tergeletak sebatang cokelat Silver Queen, dua lembar Sajak Ungkapan Cinta, dan gitar akustik merk Alergo warna cokelat muda.
Sebetulnya, kegelisahan Jumril bukan kali ini saja. Tapi sejak seminggu kemarin sebelum acara Ulang Tahun Teater Awal ia sudah gelisah. Atau dua tahun sebelumnya.
Semenjak dua tahun yang lalu, ketika ia masih duduk di bangku sekolah SMA 2 Tarogong, ia mencintai seorang gadis, adik kelasnya yang bernama Rika. Anak teater Awal juga. Dan, selama dua tahun itu ia menahannya, membiarkan gadis itu menjadi curahan kerinduannya. Juga, menjadi alasan ia menolak rayuan gadis lain. Memang, selama dua tahun dalam kesendiriannya, banyak gadis yang menyukainya—terlepas cantik dan tidaknya—gadis-gadis itu di tolaknya, dan ia menganggap mereka sebagai adik, atau teman, atau, ada juga yang ia anggap kakak. Mungkin gadis itu terlalu tua baginya.
Seminggu sebelum acara Ulang Tahun Teater Awal, Jumril juga di liputi rasa gelisah. Gelisah, bagaimana mengungkapkan perasaan cinta pada Rika. Gadis belia usia 18 tahun, mahasiswa Pendidikan, kuliah di UPI. Hari-hari ketika mencari ide atau metode cara mengungkapkan cinta pada Rika, Jumril sering bolos kuliah. Malah, ia kerap bercokol di warnet, curhat dengan teman, berguru pada Playboy, membaca majalah Gaul, semua ia lakukan untuk mencari metode mengungkapkan cinta.
Selain itu, ia juga sering mencari inspirasi dari west Love song, seperti: My Chemical Romance, Avenged Sevenfold, Bullet for My Valentine, Mega Death, System of Down, Slipknot, Yellow Card, Mr. Big, With Lion, Air Supply, Silver Heart, Steal Heart, Aerosmith, Rolling Stones, Scorpion, Metalicca, Chaos UK, Red Hot Chili Pappers, Blink 182, Angel and The Air Wave, The Cranberies, Incubus, Queen, Hoobastank, Audioslave, Linkin Park, Britney Spears, Avril Lavigne, Sublime, Sum 41, U2, Iron Miden, Muse, Simple Plan, Limbizkit, Creed, Maroon 5, Toni Braxton, Green Day, Fall Out Boy, Westlife, dan masih banyak lagi. Semua lagu cinta dari penyanyi solo dan band itu di hayati untuk di ambil kesimpulannya. Oh, dari band lokal juga ia mencari inspirasi, yakni Kangen Band dan Radja.
Selain lagu-lagu, ia juga mencari inspirasi dari film-film tentang cinta, seperti: Apa Artinya Cinta, I’m Falling in Love, Eiffel, I’m in Love, Ayat-Ayat Cinta, Laskar Pelangi, Kuch-Kuch HoTa Hai, Kahona Piare Hai, Mohabatain, Romeo and Juliette, Twilight, Titanic, Love Pobia. Juga, ia mencari inspirasi dari sinetron, seperti: Cinta Fitri Season 3, Hareem, Melati Untuk Marvel, Muslimah, dan sinteron lainnya. Terkadang Jumril juga menyimak Gosip Infotaitment, mungkin ada inspirasi di sana.
Semua itu dikerjakannya dalam waktu satu minggu. Yups, apa yang diusahakan untuk mencari metode mengungkapkan cinta telah ia dapatkan. Hasilnya, ya itu, sajak cinta 2 lembar, setangkai bunga mawar putih, satu cokelat Silver Queen, dan Gitar kesayangannya merk Alergo.
HP Jumril berdering.
“cbntr lg q smpe… “ SMS dari Rika.
Jumril mulai sumringah walau agak tegang. Bajunya mulai di rapikan, bongkahan jambulnya di usap-usap, mulutnya komat-kamit mengucapkan doa. Tegang menunggu Rika.
***
Daun bergoyang-goyang dibelai angin, malam semakin kelam dan dingin, genderang masih bertalu-talu. Jumril masih setia menunggu. Angin laut menghamburkan aroma harum mawar ke indra penciuman Jumril. Di depannya sesosok gadis cantik, putih, seksi dan rambut hitamnya berayun-ayun berjalan anggun mendekati Jumril. Jumril gerogi. Jantungnya berdegup kencang, pipi cokelat sawo matangnya memerah, semerah saga, hatinya berbunga-bunga. Satu langkah di depannya, Rika berdiri menghadapnya, ia tersenyum manis pada Jumril menunjukan lesung pipinya yang aduhai. Jumril dadanya akan meledak, gerogi banget.
Di tatapanya lembut wajah Rika. Jumril berusaha mengendalikan sarafnya agar menggerakan tangan kananya yang mengepal setangkai bunga dan cokelat. Cintanya membuat ia luluh, Jumril tak berdaya melihat senyum Rika. Jumril tiba-tiba bertekuk lutut, posisi romantis memberi bunga pada pujaan hati, diulurkan tangan kananya. Rika menyambut dengan baik, ia pun mengulurkan tangan kananya yang putih bercahaya menyambut Jumril. Namun, raut wajah Rika tidak menunjukan sisi romantisme, ia terkesan buru-buru dan sedikit heran dengan ulah Jumril.
Singkatnya. Tanpa basa-basi Jumril memberikan setangkai bunga dan cokelat. Lalu mengungkapkan perasaan cintanya, kerinduan akan dirinya selama dua tahun, juga harapannya menjadi kekasih Rika. Tapi, sayang sungguh sayang, malang alang kepalang dengan mentah Rika menolak Jumril. Bahkan, Jumril dibentak dan dikecuti. Kedatangan Rika bukan sengaja menemuinya, tapi terpaksa menemuianya, sebab Jumril punya utang padanya, dan Rika mau menagaihnya. Tahu dirinya di tolak. Jumril menjerit.
Rika pergi begitu saja meninggalkan Jumril setelah menolaknya dengan kasar, semua pemberiannya ditolak. Jumril masih tak percaya, jantungnya berhenti berdetak, darahnya membeku, saraf-sarafnya mati, matanya melotot, mulutnya menganga, hatinya lenyap. Jumril hancur perasaannya. Karena tidak bisa menahan sakit hatinya, Jumril berteriak sekerasnya. Amat-teramat keras, sampai-sampai langit seolah menjerit. semua yang ada di sekeliling Jumril seakan hancur; sekolahnya ambruk berantakan, pohon-pohon bertumbangan, tanah berguncang keras dan retak-retak, gunung-gemunung meletus, lautan tumpah, bintang-bintang saling beradu dan meledak dahsyat, bangunan-bangunan di kota Garut meledak berdentuman bagaikan rentetan petasan, mega berkumpul, menghitam dan menciptakan tornado raksasa menghamburkan binatang-binatang ke udara, melemparkan segala-sesuatu menghancurkannya menjadi puing-puing. Ya, itulah perasaan Jumril, ia merasakan segala sesuatu seakan hancur berkeping-keping sebagaimana hati dan perasaanya. Seolah malaikat maut mencabut kehidupan dari dunia ini, manusia, hewan, tumbuhan, semuanya binasa. Jumril terkulai lemas. Hatinya mati, alam ikut menderita.
Ia masih tidak percaya penantian dua tahuannya akan menjadi neraka baginya. Lukanya terasa begitu besar, sulit untuk menanggungnya, Jumril tak kuasa menahannya. Jumril lari kencang menembus jalan raya, berlari melawan arah laju kendaraan. Matanya melirik-lirik mobil seakan memilih satu mobil untuk ia relakan menabrak dan melindas dirinya. Namun, ia sepertinya mengurungkannya kembali: mobil teronton, bus, truk dan kontainer terlalu besar, jika menabraknya ia gepeng. Ia kembali berlari ke kawanan mobil angkot, ia pun mengurungkannya lagi, bempernya terlalu tajam, ia bisa terpotong-potong jika ditabraknya. Jumril berusaha meyakinkan dirinya memilih mati. Semua itu gagal, ia mau mati tapi tidak sanggup menahan deritanya. Akhirnya Jumril kembali ke SMA 2 Tarogong, berlari sekencangnya, matanya terpejam, mulutnya menjerit-jerit mengutuki dirinya dan Rika yang menyakitinya. Ia terus lari, lari terus dengan kencang. Dan, ‘BUKKK’. Jumril pingsan. Nabrak pohon beringin.
Jumril terkulai tak berdaya, jasadnya terkapar, matanya melotot, mulutnya menganga, lidahnya menjulur keluar, bongkahan benjol tampak di jidatnya. Setidaknya, lebih baik ia pingsan dari pada mengingat kejadian itu.
***
Tangan Berjemari halus meraba-raba wajah Jumril, mengusap-usap bongkahan benjolnya, menampar-nampar lembut pipinya berusaha menyadarkan. Pandangan Jumril berkunang, samara-samar ia melihat wajah di hadapanya. Tiba-tiba, mata Jumril tambah melotot seperti akan loncat. Jemarinya menggisik-gisik matanya. Dan, Yups, bidadari cantik jelita berdiri di hadapannya, menyombongkan keindahan raut wajah dan hidung bangirnya. Jumril masih heran mengapa ada gadis cantik berwajah bulat dengan rambutnya yang terurai lembut berdiri di hadapannya. Tapi sepertinya ia juga tidak begitu mempedulikan mengapa gadis itu tiba-tiba ada. Senyum mulai mengembang dari bibir Jumril. Kehadiran gadis itu agaknya melupakan kesedihan Jumril.
Setelah benar-benar sadar, Jumril dihinggapi ketenangan, ia mengenal gadis ini.
Karunia mengalir di hatinya. Gadis cantik pun bersabda,
“Jum… bisakah kau menemaniku malam ini. Menghadiri acara Teater Awal kita”
Ah, aroma nafas gadis ini wangi bagaikan bunga Kasturi. Ajakannya begitu lembut dan mempesona. Jumril tidak percaya, dadanya akan berdentum keras. Ia bahagia.
“Dengan senang hati, Cecilia” Jumril menyambutnya.[]
17 April 2009
Di tulis di Sukron Center (SC),
Ide ini lahir saat menyaksikan kesakithatian sahabat di tolak seorang gadis.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar