"Terimakasih Atas Kunjungannya, Semoga Anda Banyak Rezeki, Banyak Anak, Dan Masuk Surga. SALAM CINTA"

Sebuah Catatan Kekacauan (Tak Butuh Komentar)

Perasaan ini menggebu, menderu dan terkadang sesak. Nafas yang tersenggal-senggal, jantung berdegup dan rasa yang gundah gulana. Terbesit sebuah rasa yang mendorong untuk bertindak, melangkah, meloncat, berlari, atau berteriak nekat. Tapi semua ku kurung dalam dada, kubiarkan membakar jiwa, sampai aku meringkih sakit, bersedih dan hawatir.

Cinta bagaikan sebuah energi yang ghaib, menyala sepanjang massa, menjerat jiwa, menenggelamkan dalam asa, seperti hidup terkurung jeruji api. Bebas, tapi hanya sebuah pergerakan yang melingkar. Datang dan pergi hanya untuk kembali. Pijakan raga di bumi ini bukan kemerdekaan sejati, ternyata hanya sebuah testing kebebasan manusia dan kesanggupannya menggenggam kehidupan. Sampai kenikmatan dan rasa tak sadar diri, melemparkan hidup, melencengkan langkah dari jalur sesungguhnya. Akhirnya, kehidupan menjadi sebuah perjuangan yang sangat berat, dimana tempat awal dan akhir ditentukan sendiri, sampai terkadang menghilangkan tempat dimana kita berada. imajinasi melayang ke antah berantah, tapi bumi yang dipijak tetaplah dipijak, atau diinjak-injak, manusia lupa akan diri dan kehidupan.

Ego logika dan indrawi terkadang bagaikan merajut benang yang kusut, memudar kehidupan, membentangkannya, merangkainnya, lalu menariknya dengan paksa, menyesuaikan pada muatan logika. Dan itu, rebutan manusia sepanjang massa. Dimana diri adalah “aku”.

Nurani kemanusiaan diangkat di atas, sebagai upaya tali pengikat kehidupan, mempersamakan jalan dan tujuan. Tujuan awal dan akhir. Yang dirancang-Nya, lalu dirancang ulang, tapa desain panggung yang jelas, atau tanpa panggung.

Tuhan, aku adalah makhluk terbodoh yang sekarang mengingat-Mu. Yang tidak pernah mau menundukkan akalku pada akal saudaraku. Dan aku tahu, aku memang egois. Dan yang tersulit kulakukan adalah, membuat akalku ikhlas dari apa yang telah kau tentukan. Apa ketentuanmu? Akal selalu berebut apa itu.

Dan aku, tidak mau pernah menundukkan akal pada manusia, meski ia terpintar dari yang terpintar. Sepanjang aku tidak gila. Sepanjang itu pula akal ini jalanku, dan kalam-Mu adalah petunjuknya.

Bagiku hidup ini ada batasan. Aku sendiri yang memenjarakan diri pada hidup ini. Penjara dibuat untuk menenangkan, melatih diri, menyadarkan diri akan keburukkan. Dan aku, ikhlas menjalani ketidak bebasan ini. Dan itu, ikhlas, hal terberat yang aku tahu. Sebab terkadang harus melawan diri sendiri.

Catatan Komentar dari Bunda Sugiastri Sri:

Sepanjang itu pula akal ini jalanku, dan kalam-Mu adalah petunjuknya.
Siapkan wadah yang bersih yaitu hatimu untuk petunjukNya
Semoga iman ini tidak tercabut



Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...