"Terimakasih Atas Kunjungannya, Semoga Anda Banyak Rezeki, Banyak Anak, Dan Masuk Surga. SALAM CINTA"

Malam Minggu Yang Membosankan

Cerita Dasam Syamsudin


Daun yang dari tadi kutatap, yang bergelantungan di pohohonnya, kini telah gugur. Mungkin angin yang membuatnya jatuh, atau hujaman air hujan yang terlalu tajam memotong tangkaingnya. Aku tidak tahu tahu persis, dan memang tak mau peduli pada daun itu. Tapi, pikiran yang mengganggu, yang hadir sebelum menyaksikan daun itu yang kini gugur, masih membuat kepalaku pusing. Aku memikirkan malam ini, bukan daun itu.

Persisnya, bukan malam Minggu ini yang jadi persoalan, yang aku hanya duduk saja dan memandang keluar jendela sampai melihat daun gugur untuk menghabiskan malam ini. Tapi, seseorang yang tidak menemaniku malam ini, seharusnya dia menemaniku. Setidaknya ada orang yang mau menemuiku. Aku tidak tahu siapa yang harus menemaniku malam ini, seharusnya memang seorang pacar. Akan tetapi, setelah aku putus dengan seorang wanita tahun lalu, aku tidak lagi mempunyai pacar, atau, tidak lagi berminat, atau, belum menginginkan seorang pengganti.

Belum menginginkan seorang pengganti bukan aku mengharapkan mantan pacarku kembali. Sama sekali tidak. Bahkan semenjak tahu dia ingin kembali menjalin hubungan denganku, aku semakin membencinya. Dan, kalau saja dia tahu, aku bersyukur putus dengannya. Walau rasa sykur ini kurasakan dan kusadarai setelah tiga bulan putus dengannya. Tetap saja, aku bersykur karena bisa bersyukur.
***

Hujan yang sedari sore hanya sebuah gerimis yang menitikan airnya satu-satu, kini menjadi deras. Kaca jendela menjadi bias saat percikan air hujan menempel di kaca jendela bertitik-titik. Daun yang gugur itu disapu angin, aku tidak melihatnya.
Sekre IMM, tidak biasanya sepi pada malam Minggu. Berbeda dengan malam-malam minggu biasanya, kali ini sangat sepi, tidak ada yang berkunjung. Dan itu membuat malam ini berlalu sangat lama, membosankan dan terkadang, menyeramkan.

Hujan mulai reda saat perasaan rindu ditemani seseorang semakin membuatku tak nyaman dengan terus berdiam di sekre, atau duduk melamun, atau memperhatikan daun yang gugur dan telah hilang entah dimana, dan entah apa yang membuatnya tak terlihat, dan entahlah aku harus melakukan apa selain membuat diriku terus… entahlah?

Aku memutuskan untuk keluar, pergi ke kampus, sebab hujan sudah reda walau masih menyisakan dingin. Menapaki jalan yang becek-becek membuat keputusanku untuk pergi ke kampus jadi ragu, tapi aku tetap melanjutkannya, dengan membangun sebuah keyakinan; aku akan menemukan seorang gadis cantik. Ku coba itu sebuah ramalan yang pasti. Tujuannya hanya satu, malam ini harus berlalu dengan cepat, bukan membuatnya jadi membosankan dan terasa lama berlalu. Semoga saja!

Di kampus, di taman biasanya mahasiswa berkumpul sangat sepi, hanya ada dua satpam yang sedang berjaga di posnya. Kedunya sedang mengobrol dan mereka pun memegang rokok yang sudah tersulut. Aku pun, ingin merokok.

Sambil memperhatikan air mancur aku duduk sambil merokok, sesekali memutar-mutar rokok dengan jemari, sampai akhirnya kuhisap lalu kubuang asapnya keudara dan membuat bulatan asap yang menurutku, indah. Ramalan akan bertemu seorang gadis yang cantik, ternyata salah besar. Sampai kusulut rokok ke sebelas tidak ada seorang pun yang mendatangi taman ini. Alih-alih gadis cantik lelaki jelek pun tak ada, kecuali tadi, dua satpam itu.

Aku memperhatikan rokokku yang sedang ku hisap tinggal setengah lagi. Jika rokok ini sudah pantas kubuang, aku membuat janji pada diriku akan meninggalkan tempat ini, taman kampus ini.

Aku melihat ke dua satpam yang tadi merokok masih saja ngobrol. Aku juga melihat rokokku harus kubuang. Dan, aku harus memenuhi janjiku, aku harus kembali ke sekre, mungkin kembali memperhatikan jendela walau tidak hujan dan belum tentu ada daun yang gugur lagi. Itu harus kulakukan, itu janji pada diriku, atau pada rokok yang sekarang sudah kubuang. Malam yang membosankan.

Aku bangkit dari dudukku, dan belum sempat kulangkahkan kaki. Tiba-tiba seseorang berdiri dihadapanku. Dia seorang gadis. Dia cantik. Gadis ini tidak asing, aku mengenalnya. Dia mantan pacarku.

Oh, ternyata aku menyesal ingin menghabiskan malam ini dengan cepat. Sungguh aku menyesal, aku ingin malam ini berlalu dengan sangat lama. Lama sekali. Setidaknya, sisa malam ini aku ingin menghabiskannya dengan gadis yang sedang berdiri di hadapanku. Mantan pacarku itu. Namun, aku merasa aneh, setahuku, mantan pacarku sudah mati?


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...