"Terimakasih Atas Kunjungannya, Semoga Anda Banyak Rezeki, Banyak Anak, Dan Masuk Surga. SALAM CINTA"

Catatan Garing 2: Ada Shaolin di Pesantren

Bagian Dua

Bakda maghrib gue dan temen-temen masuk kelas. Di kelas sudah menunggu seorang santri, Seksi keamanan. Dia itu santri yang diberi tanggung jawab mendisiplinkan santri lain. Misalnya, seperti gue ini lah. Menurut gue tugas keamanan berat. Tapi, seberat apapun dan semulia apapun menjalankan tugas keamanan, gue gak suka keamanan (gak suka orangnya, bukan tugasnya). Soalnya gue yang paling sering diamankan. Dan diamankan itu gak enak. Maka, sebelum gue diamankan selalu membuat diri gue aman dulu.

“Wahai, para santri baru. Ada beberapa hal yang harus kalian perhatikan dan laksanakan. Lembaran ini berisi peraturan pesantren yang sudah baku dan harus kalian laksanakan dengan ikhlas lilahita’ala. Berikut peraturannya…. (bla….bla…bla...) …dan yang terakhir bagi santriwan harus berambut pendek. Nggak boleh lebih dari 2 cm. Kalo lebih, kalian akan mendapat sangsi !! digunduli rame-rame…”

Nah, itulah salah satu peraturan yang telah diproklamasikan seksi keamanan. Banyak santri yang nggak menyukai peraturan ini. Alasannya mudah. Menurut sebagian santri, rambut modal penampilan. Kalo rambutnya gak menarik, maka nasibnya pun nggak baik? (diharap jangan percaya mitos ini).

Pagi itu, saat matahari baru bangun dari peraduannya. Santri baru berjejer di depan asrama untuk dicukur. Tim penyukur adalah seksi keamanan dan kebersihan. Yang pertama jadi korban adalah Galih. Rambutnya panjang dan nggak teratur. Menurut Galih, rambut jabriknya itu menarik. Sedangkan menurut mayoritas santri, rambutnya mirip jerami sawah.

Seksi kebersihan mencukur rambut Galih dengan tenang. Gunting terus memotong rambut galih. Akhirnya rambut Galih berjatuhan. Galih menyaksikan helai demi helai rambutnya tumbang ke atas bumi. Di depan matanya. Dengan penuh haru ia mengambil beberapa helai rambutnya dari tanah. Diperhatikannya secara saksama. Tiba-tiba, ia menepis gunting dari tangan seksi kebersihan. Galih menangis menjerit-jerit memunguti rambutnya yang kini telah berguguran. Dia nggak percaya rambutnya sekarang telah berpisah dengan kepalanya. Dia meraup semua rambutnya dari atas tanah. Kemudian diperlihatkan pada seksi kebersihan. Sambil menangis terisak-isak Galih berteriak,

“Kak, kembalikan rambut ini ke kepala saya....!”
***

Gue baru tahu khasiat rambut pendek. Salah satunya terkesan rapi. Ya, gara-gara santri pada botak, akhirnya semua santri memakai kopiah. Kopiahnya juga sama, Kopiah cap H. Iming.

Keamanan masuk kelas lagi. Gak ada angin gak ada hujan, ia langsung memerintahkan santriwan agar membuka kopiahnya masing-masing. Katanya untuk memastikan semua rambut di kelas gue 2 centi-an.

Dengan kompak semua santri membuka kopiahnya. Dengan kompak juga para santriwati menjerit-jerit. Bukan menjerit sedih. Tapi menjerit kaget. Karena semua kepala santri botak semua. Kebetulan sinar surya masuk menembus kaca jendela menyinari kepala-kepala botak itu. Terjadilah photosintesis. Kepala-kepala botak itu memantulkan kembali sinar matahari ke segala penjuru. Ada yang mantul ke dinding. Memantul ke lantai. Saling berpantulan ke kepala botak lagi.

Ada juga yang mantul ke mata para santriwati. Santriwati matanya berkedip-kedip, kesilauan. Dari sanalah mungkin asal usul populernya kalimat…silau men!!! Beberapa santriwati ada yang cerdas. Sebelum masuk kelas mereka sudah mempersiapkan diri. Agar nggak silau, santriwati itu pake kaca mata hitam.

Keamanan yakin semua rambut sudah dicukur pendek. Tapi ia belum yakin semua santri baru, sudah masuk kelas.

“Mana Andri?” keamanan bertanya.

Semua santri gak ada yang jawab. Semuanya gak ada yang tahu. Belum kering keamanan bertanya. Seorang santri mengucapkan salam dari balik pintu. Pintu pun dibuka.

Santri di balik pintu itu adalah Andri. Saat Andri mengayuhkan langkahnya masuk kelas. Semua santri menahan tawa. Termasuk keamanan. Semua merasa geli melihat Andri. Ia terkesan ganjil. Kelucuan ini bukan karena Andri botak. Tapi, kopiah cap H. Iming yang dikenakannya terlalu besar. Sampai-sampai kepalanya hampir tenggelam tertutupi kopiah.

Sebagai teman baik, gue nggak membiarkan ia terzalimi. Gue langsung merobek beberapa lembar kertas. Membulatkannya. Setelah yakin bulatannya cukup besar, gue mendekati Andri dan langsung membuka kopiahnya. Setelah itu, gue tempel itu bulatan kertas di bagian belakang kepala Andri. Lalu ditutup kopiah lagi. Kopiah Andri pun jadi pas dikepalanya. Diganjal kertas.

Catatan kaki:
Buatlah hidup ini bersih dan terkesan rapi. Jangan memakai kopiah yang melebih batas ukuran kepala. Sebab, merugikan perusahaan kertas. Banyak dijadikan pengganjal!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...