"Terimakasih Atas Kunjungannya, Semoga Anda Banyak Rezeki, Banyak Anak, Dan Masuk Surga. SALAM CINTA"

Benahi Parpol, Teliti Memilih Caleg

Oleh DASAM SYAMSUDIN

Penentuan calon tak sesuai dengan para meter partai nomor 008 (HANURA). Yang baru kenal dan bukan asal partai, tiba-tiba menjadi calon. Sistem manajemen yang digunakan, seperti manajemen perusahaan."

Tiga alasan itu, diutarakan oleh belasan Caleg yang mengundurkan diri sebagai legislator kabupaten Cirebon dari partai HANURA (Hati Nurani Rakyat). Itu yang dilaporkan TRIBUN JABAR, Kamis, 30 Oktober 2008.

Ironis, konstalasi perpolitikan di Indonesia selalu ada aja masalah yang mungkin di Negara lain tidak akan ditemuinya. Bayangkan, ketidak telitian Parpol nomor 008 ini telah menggurat aib di diri parpol yang akan berakibat pada perolehan suara yang akan di kantonginya. Belasan para calon legisalatornya mengudunrkan diri secara berjama,ah. Karena, memandang partai nomor 008 ini tidak bisa memilih calon yang berkualitas dan kurang terorganisir dalam memanajemen partainya.

Kekeliruan memanajemen Partai Politik, seperti manajemen perusahaan adalah imege yang buruk bagi sebuah organisasi partai politik. Kenapa? Karena, parpol adalah organisasi politik yang mengusung salah satu calonnya untuk duduk dikursi kepemerintahan. Bagaimana ia bisa mengatur pemerintahan yang besar jika partainya saja tidak terorganisir?

Manajemen organisasi partai, sejatinya, tidak mesti serupa dengan manejamen perusahaan. Manajemen perusahaan berindikasi mengeruk laba yang banyak demi keuntungan, dan ini wajar. Coba kalau parpol seperti ini, pasti ia terlatih untuk mengeruk keuntungan dari sebuah organisasi yang pada akhirnya akan mencetak legislator yang pragmatis. Mementingkan diri sendiri, "Se enae dewek!" .

Organisasi politik seharusnya

Tujuan dari sebuah organisasi, pasti pada dasarnya untuk kepentingan organisasi dan para anggotanya. Tapi, kalau sudah bicara politik, bukan tujuan kepentingan organisasi lagi,atau untuk kepentingan pribadi. Melainkan untuk kepentingan pemerintah dan masyarakat, karena memang itu tujuan didirikannya parpol. Bukankah setiap berdirinya Parpol karena menginginkan perubahan pada sistem pemerintahan kearah yang lebih baik lagi?. Saya kira demikian, karena setiap calon dari parpol mempresentasikannya seperti itu. Dengan menebar janji akan memperbaiki sistem pemerintah yang lemah dan mensejahterakan rakyat.

Kalau kiranya demikian, maka kepentingan pribadi organisasi berada pada peringkat dua, yang penting kepentingan bangsa dan masyarakat. Organisasi partai politik, sejatinya memang harus bertujuan mensejahterakan rakyat dan untuk mencapai tujuan ini, diperlukan kadernya yang militan dan intelektual yang bermoral. Calon legislator dari setiap parpol harus mengutamakan kader yang berintelek tinggi dan berkepribadian baik, bukan hanya mengandalkan senioritas dan popularitas. Apalah arti semua itu, kalau toh pada akhirnya tak berarti bagi masayarakat, dan selanjutnya akan merusak nama baik parpol.

Seyogyanya semua parpol mengorganisir partainya dan menyusun konsep yang kiranya akan mampu membawa Indonesia atau daerahnya kearah yang lebih maju. Wajar, bila parpol berusaha mengumpulkan suara sebanyak-banyknya, karena ini Negara demokrasi. Namun, kurang ajar, bila caleg yang diusung parpol berusaha mengumpulkan keuntungan pribadi sebanyak-banyaknya dengan mengabaikan nasib rakyat. Untuk itu, ketelitian memilih caleg dari setiap parpol harus sangan teliti demi perkebaikan Negara dan partainya.

Selektif dalam memilih Caleg

Berita tentang pejabat pemerintah yang menggunakan Ijazah palsu sebagai legalitas dan identitas dari kedudukannya, sampai sekarang masih terdengar. Disamping itu, berita tentang tindak korupsi seorang wakil rakyat, wakil daerah dan yang lainnya masih aktual sampai sekarang. Bahkan, seorang pejabat yang terhormat terpaksa harus mencopot jabatannya dan mendekam dipenjara karena tindak korupsi dan pemalsuan ijazah.

Sebenarnya, adanya pemalsuan ijazah dan tindak korupsi dikalangan pejabat Negara, karena implikasi dari usungan parpol terhadap calonnya yang tidak selektif. Tidak sedikit parpol yang mengusung calon legislator berdasarkan senioritasnya atau popularitasnya, tidak intelektualitas dan moralitsnya. Hal inilah yang pada akhirnya menelurkan pejabat-pejabat yang tidak cerdas dan tidak mementingkan nasib rakyat.

Oleh karena itu, parpol dalam memilih calon yang akan diusungnya harus berdasarkan criteria yang layak disandang oleh seorang caleg. Jangan main cabut aja! Nanti, kalau calonnya gak bisa mimpin, kan parpol juga yang rugi, namanya tercoreng. Apalagi rakyat, kalau dipimpin oleh pemimpin yang tidak cerdas dan tidak bermoral, bagaimana jadinya? Bukanya mensejahterakan rakyat dan menyelsaikan masalah, malah akan menyengsarakan rakyat dan menambah masalah.

Bukan parpol saja yang harus bisa milih, tapi masyarakat pun dalam memilih caleg harus selektif. Jangan main coblos aja karena menerima suap. Kalau masayarakat ingin mempunyai pemimpin yang bisa mensejahterakanya, pandai-pandailah memilih caleg. Jangan mau menerima suap, karena hal itu sama saja kita membantunya berbuat jahat. Pilihlah partai dan caleg sesuai criteria pemimpin yang sepantasnya jadi pemimpin.

2 komentar:

  1. Biarpun orang melayu-jawa, saya masih kurang faham dengan apa yang ditulis dalam bahasa Indonesia.
    Tapi apa pun, tiap tulisan dengan niat menyampaikan yang baik secara jujur, masih dikira ibadah.
    Bukankah kita diingatkan agar sering sampai-sampaikan walau sepotong ayat?

    BalasHapus
  2. Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.

    BalasHapus

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...